Penulis
Intisari-online.com—Kehidupan ini tidak selalu adil? Ya, betul sekali! Setiap kali kita tertimpa masalah, berapa kali kita mempertanyakan keadilan?
“Mengapa?,“Mengapa harus saya?”, “Saya tidak melakukan hal yang buruk untuk menerima semua penderitaan ini,” “mengapa kesulitan tidak kunjung usai?, dsb.
(Baca juga: Ingat! Sama Seperti Kita, Binatang Juga Tahu Ketika Mereka Tidak Diperlakukan dengan Adil)
Bahkan kadang-kadang ketidakadilan menimpa orang-orang yang menurut kita tidak pantas menerimanya. Mereka orang baik dalam hidupnya, namun harus menerima kenyataan pahit.
Namun inilah kebenaran yang menyakitkan itu. Rasanya memang tidak masuk akal dan sungguh sulit untuk diterima.
Oleh karena Urban Hal, dalam bukunya 20 Pelajaran Hidup yang Berharga, menyampaikan nasehat bijak dalam menghadapi hidup yang terkadang tidak adil ini.
(Baca juga: Sungguh Tidak Adil, Satu Kesalahan Kita Lebih Diingat Dibanding Seribu Kebaikan Kita)
“Bukan berarti kita harus pasrah menerima ketidakadilan itu, namun kita harus belajar menghadapi dan mengatasinya secara efektif,” tulisnya di halaman 20.
Mengutip perkataan Tim Hansel dalam bukunya You Gotta Keep Dancin, “Rasa sakit memang tidak terelakkan, tetapi penderitaan itu suatu pilihan.”.
Artinya kita bisa memilih bagaimana kita menghadapi situasi hidup yang tidak menentu, bahkan terkadang tidak adil ini.
Kitalah yang memilih untuk tunduk pada kesulitan atau menegakkan kepala untuk menghadapi situasi itu.
Apakah kita membiarkan hidup yang tidak adil menghancurkan kita atau sebaliknya kita belajar menerimanya sebagai kenyataan hidup dan tertantang untuk mengatasinya.
Ingat, kita tidak perlu lagi mempertanyakan mengapa hidup ini terlihat tidak adil. Itulah kenyataan yang harus kita terima.
Namun perlu diperhatikan, ketidakadilan, kesulitan, penderitaan itu akan melatih kita. Kita bisa memetik pelajaran berharga melalui hal tersebut.
Tentu saja, untuk menghadapi hal ini kita membutuhkan keberanian. Keberanian itu akan menghasilkan keputusan-keputusan yang mengubah hidup kita.
Paul Tillich, dalam bukunya The Courage to Be menyebutkan bahwa keberanian sejati adalah menyatakan “ya” pada kehidupan meskipun di dalamnya terselip ketidakadilan, kesulitan, bahkan penderitaan.
Dan mencintai kehidupan apa adanya merupakan bentuk paling tinggi dari keberanian.
Jangan pernah menyerah, sahabat!