Find Us On Social Media :

Makin Menegangkan, Tahun Depan Rusia Kirim Sistem Rudal S-400 ke Turki

By intisari-online, Rabu, 22 Agustus 2018 | 16:35 WIB

Rosoboronexport melanjutkan, dalam pembayarannya, Turki mengusahakan agar Rusia bersedia menggunakan mata uang mereka, lira.

Baca juga: Ngerinya Krisis di Venezuela, Harga Daging 9,5 Juta, Popok 8 Juta

Langkah tersebut dilakukan menyusul merosotnya lira hingga 40 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2018 ini.

S-400 adalah sistem rudal yang bisa merontokkan pesawat tempur lawan dari jarak 400 kilometer dan rudal balistik dari jarak 60 kilometer.

Sistem tersebut terdiri dari radar multifungsi, sistem pendeteksi mandiri, rudal anti-serangan udara, tabung peluncur, dan kendaraan komando.

S-400 mampu menembakkan empat jenis rudal, tergantung target yang dihadapi, untuk memberikan pertahanan berlapis.

Pada April lalu, pejabat militer anonim berujar, pasukan Rusia mendapat rudal jenis baru yang bisa menghancurkan sasaran di orbit rendah.

Baca juga: Takut Diselingkuhi? Ini Cara Mudah Menyadap Whatsapp Pasangan

Sebuah unit S-400 dapat mendeteksi target dari jarak 600 kilometer, dan mampu menghancurkan 36 sasaran secara simultan.

Sistem pertahanan ini diklaim dua kali lebih efektif dari pendahulunya, S-300, dan bisa disiagakan hanya dalam waktu 5 menit.

Dikembangkan sejak akhir 1980-an, S-400 mengalami penyempurnaan proyek pada Februari 2004.

Kemudian pada 2007, sistem itu diaktifkan secara resmi.

Baca juga: Inilah Iron Dome si Kubah 'Siluman' yang Melindungi Israel, Benarkah Tak Bisa Ditembus?

Setiap rudal yang ditembakkan dari sistem itu bisa melaju hingga 14 kali kecepatan suara, dan diklaim lebih hebat dari sistem pertahanan milik AS, Patriot.

Pembelian yang dilakukan Turki membuat AS maupun Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meradang.

Senat AS bahkan mengancam tidak akan menjual jet tempur generasi kelima, F-35, kepada Turki jika masih ngotot membeli S-400.

Baca juga: Malaysia Berutang Rp3.500 Triliun Terancam Bangkrut, Indonesia Berutang Rp5.000 Triliun Justru Tidak, Ini Alasannya