Find Us On Social Media :

Soal Swike dan Salah Kaprah Penyebutan Makanan Lainnya

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 30 April 2017 | 12:40 WIB

Swike dan salah kaprah penyebutan makanan lainnya

Yang lebih lucu lagi masakan yang berasal dari budaya Tionghoa dan cukup populer di Indonesia. Namanya swike yang bahan ramuan utamanya disebut "kodok".

Maka di menu berbagai rumah makan dari yang mewah sampai layar warung kaki lima semarak ditawarkan aneka hidangan bergelar menarik seperti Kodok Goreng, Kodok Kuah Jahe, Kodok Asam Manis, Kodok Goreng Lapis Tepung, Oseng-oseng Kodok, Kodok Saus Tirem, Sate Kodok, Perkedel Kodok dan lain sebagainya.

Masakan kodok itu cukup digemari akibat dagingnya memang putih bersih, lezat plus empuk untuk dikunyah. Namun, sebenarnya sebutan kodok itu keliru!

Bahan utama hidangan khas yang disajikan itu memang termasuk jenis ampibia, tetapi sebenarnya bukan kodok, melainkan "katak".

(Baca juga: Martin Bormann, Sekretaris di Balik Keperkasaan Nazi dan Hitler)

Menurut kaidah akademis Biologi, meskipun sesama amfibia, katak (Ranidae) sebenarnya tidak sama dengan kodok (Bufonidae).

Kodok memiliki kaki belakang relatif lebih pendek, postur lebih gembung, kulit lebih berkutil ketimbang katak. Tidak lazim bahkan kurang layak dimakan manusia, akibat kulitnya mengandung zat beracun.

Sementara yang lebih aman, maka digemari - terutama bagian paha - sebagai makanan manusia adalah beberapa jenis katak seperti katak hijau, katak lembu, atau katak batu, tetapi, secara gastronomis, nama "kodok" telanjur kaprah digunakan masyarakat umum, ketimbang "katak" yang lebih benar.

Dalam salah satu dialek bahasa Cina, masakan kodok, eh katak, disebut swie-kee, yang di dalam bahasa Indonesia kira-kira berarti "ayam-air", akibat daging katak memang putih bersih dan lezat mirip daging ayam.