Merasakan Ketenangan Spiritual ala Pura Gunung Agung

Ade Sulaeman

Penulis

Pura gunung agung

Intisari-Online.com – Jika ingin melihat salah satu bukti masa keemasan Kerajaan Bali di Lombok, Anda bisa mendatangi Pura Agung Gunung Sari.

Tidak seperti pura-pura peninggalan Kerajaan Bali lainnya, Pura ini berada di tempat yang lumayan dalam sehingga terasa sepi dan auranya mampu memberikan ketenangan.

Pura ini tepat sekali untuk Anda yang ingin berwisata spiritual.

Di kalangan Masyarakat Sasak, pura ini lebih dikenal dengan nama Pura Agung Gunung Sari.

Namun, nama sebenarnya adalah Pura Gunung Agung, nama yang mempunyai keterkaitan dengan pendiri dan sejarah pendiriannya.

Pura Gunung Agung dibangun pada 1717 oleh Anak Agung Ketut Ngurah Karang Asem. Menurut Pemangku Gde Gunung, pura ini merupakan perwujudan rasa syukur Anak Agung.

Sebagai panglima perang, saat itu Anak Agung berhasil menyelesaikan tugasnya dalam membantu menenangkan pertikaian di Tanah Lombok antara Kerajaan Sileparang,

Anak Agung mendapat firasat bahwa tugas yang diembannya sangat berat. Karenanya, ia mendatangi salah satu tempat persembunyian di Gunung Agung untuk memohon agar ia mendapat keringanan dalam bertugas.

Begitu berhasil menjalankan tugas dan hendak pulang ke Bali, ia bersama pasukannya singgah di salah satu tempat yang dipenuhi pohon tua, hewan buruan, dan mata air. Di tempat itu ia merasakan ketenganan yang istimewa.

Maka, ia memutuskan untuk tetap tinggal, membuat istana, dan mendirikan pura. Pura yang ia dirikan kemudian diberi nama menggunakan nama gunung di Bali tempat ia bersembahyang sebelum berangkat ke Lombok. Maka, jadilah pura tersebut bernama Pura Gunung Agung.

Letak Pura Gunung Agung tidak terlalu jauh dari Kota Mataram, yakni sekitar 8 km. Tidak terdapat angkutan umum yang melintasi lokasi pura, sehingga untuk mengunjunginya Anda harus menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan.

Tidak sulit untuk menemukan lokasi pura. Jika berangkat dari Kota Mataram, arahkan kendaraan Anda melalui rute Jln. Udayana – Rembiga (bandara lama) – Gunung Sari. Di perempatan Pasar Gunung Sari silakan belok ke kanan.

Sekitar 600 m dari perempatan tersebut silakan belok kanan menuju jalan bertanah. Setelah 200 m memasuki jalan bertanah Anda sudah berada di kawasan Pura Gunung Agung. Letak pura di sebelah kanan Anda.

Tidak banyak pengunjung domestik yang datang ke pura ini, begitu juga pengunjung mancanegara. “Sepertinya karena pura ini terletak lumayan dalam, sehingga tidak banyak orang yang mengetahuinya,” kata Gde.

Saat pertama kali memasuki areal pura, perpaduan suasana alam dan atmosfer keagamaan Hindu begitu kuat terasa. Aroma wewangian dupa yang dibakar pengunjung yang bersembahyang dan kembang yang tumbuh di sekitar pura mulai tercium.

Yang boleh berkunjung ke pura ini tidak hanya umat Hindu yang hendak bersembahyang. Siapa saja boleh datang untuk menyaksikan arsitektur bangunan pura atau sekadar berwisata untuk merasakan ketenangan spiritual.

Begitu memasuki gerbang pura (Madya Mandala), Anda akan melihat bale banten tempat umat Hindu menyiapkan upakara (sarana persembahyangan). Anda kemudian bisa melihat tempat pemujaan yang dilengkapi dengan patung Dewa Ganesa yang berada di samping kanan dan patung Dewi Uma yang berada di sebelah kiri.

Lebih ke dalam lagi, di Utama Mandala (bagian utama pura dimana umat Hindu melakukan persembahyangan), Anda akan melihat adanya padmasana (singgasana Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan) dan bangunan pendukung lainnya.

Ketika berkeliling ke seluruh areal pura dan memperhatikan setiap sudutnya, Anda akan melihat karya arsitektur yang sarat filosofi.

Bangunan pura seperti membawa Anda kembali ke abad ke-17. Jika Anda berkunjung, jangan sampai ada satu sudut pun terlewatkan agar Anda bisa merasakan auranya.

Do & don’t:

Pura Gunung Agung:

Artikel Terkait