Find Us On Social Media :

Ikan Asin, Antara Lekker dan Kanker, Tergantung Anda Mau Pilih yang Mana?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 11 April 2017 | 20:00 WIB

Dengan sedikit upaya, olahan ikan asin bisa naik kelas.

Intisari-Online.com – Bukan bermaksud menakut-nakuti, tapi sekadar mengingatkan itulah yang akan dihadapi para pecinta kuliner terutama penggemar ikan asin.

Tanpa mengingkari kelezatannya sebagai lauk favorit saat bersantap, terlalu sering mengonsumsi ikan ini justru akan memicu timbulnya kanker nasofaring (pangkal tenggorokan). Yang jadi pertanyaan, apa dan bagaimana hubungan  antara kanker nasofaring dengan ikan asin?

(Baca juga: Tips Mengolah Ikan Asin Agar Naik Kelas)

Sebuah fakta menarik bisa memberi latar belakang  jawabannya. Meskipun kanker jenis ini dapat ditemukan di pelbagai negara di dunia, tapi yang terbanyak di daratan Tiongkok selatan, khususnya di Guangdong (Kwangtung).

Bahkan keturunan Tionghoa yang banyak tinggal di San Francisco, AS, sekarang pun tak sedikit yang terjangkit kanker ini dibandingkan dengan orang kulit putih, Negro, atau ras lain.

Meski demikian, jumlah orang Tionghoa yang terkena kanker tenggorokan lebih besar yang masih tinggal di daratan Tiongkok sendiri. Faktor penyebabnya diduga berkaitan dengan kebiasaan serta kerentanan ras tertentu akan jenis makanan yang dikonsumsi.

Sebagai contoh, banyak daerah di Tiongkok memiliki kebiasaan memberikan ikan asin kepada anak-anak mereka sejak bayi sebagai makanan tambahan.

Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa orang dengan kebiasaan makan ikan laut yang diawetkan seperti ikan asin atau ikan asap mempunyai kecenderungan lebih besar mendapat penyakit ini.

Substansi nitrosamin yang dijumpai pada ikan asin yang diawetkan, kalau diberikan terus-menerus pada tikus terbukti dapat mengakibatkan kelainan semacam kanker nasofaring.

Penelitian ini masih terus berjalan sambil melihat sebab-sebab lain seperti rokok, infeksi telinga, serta tenggorokan yang kronis, asap yang berasal dari altar pemujaan di dalam rumah atau asap kayu bakar yang selalu terhirup. Data lain menunjukkan, penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada wania, sekitar 2 : 1.

“Ikan asin itu mengandung nitrosamin yang merupakan pencetus aktifnya virus Epstein-Barr, penyebab utama kanker nasofaring (kanker tenggorokan atau THT),” jelas dr. Budianto Komari, Sp.THT dari KSMF THT RS Kanker Dharmais, dalam acara penyuluhan Diagnosa & Penatalaksana Karsinoma Nasofaring  di Jakarta.

Nitrosamin merupakan salah satu karsinogen (zat pemicu kanker). Dalam proses pengasinan dan penjemurannya, sinar matahari bereaksi dengan nitrit (hasil perombakan protein) pada daging ikan, sehingga membentuk senyawa yang disebut nitrosamin.