Andien Aisyah, Banyak Berubah Setelah Menolong Para Penderita Kanker

Tika Anggreni Purba

Penulis

Andien Aisyah, Banyak Berubah Setelah Menolong Para Penderita Kanker
Andien Aisyah, Banyak Berubah Setelah Menolong Para Penderita Kanker

Intisari-Online.com—Kepedulian Andien Aisyah terhadap penderita kanker ternyata berhubungan pula dengan peristiwa di masa lalunya. Ia sendiri, tahu rasanya bagaimana berjuang melawan tumor payudara. Itu juga yang menjadi dasar mengapa Andien fokus pada mereka yang mengalami kanker payudara.

Sejak mengalami tumor payudara di masa SMA itu, Andien memiliki kepedulian tersendiri mengenai kesehatan payudara. Jadi sejak usia belia, sekitar tahun 2002, ia memang sudah giat melakukan penyuluhan pencegahan kanker payudara antarsekolah.

Tidak berhenti di situ, konsentrasi Andien mengenai kanker payudara juga didalaminya saat menulis skripsinya. Sehingga banyak fakta baru yang membuat dirinya semakin paham mengenai kanker payudara.

Kalau dulunya penyuluhan, kini di tengah keterbatasan waktu, Andien fokus dalam penggalangan dana. Sebenarnya awalnya bukan saja untuk penyandang kanker. Andien dan timnya juga tekun dalam proses penggalangan dana untuk bencana alam.

Hingga di tahun 2016 ini, sejak menemukan kasus seperti Rosida, Andien seperti diperhadapkan dengan cara yang baru untuk memberi pertolongan. Caranya tidak formal, malah cenderung mengarah pada blusukan. Pertolongan langsung, pada siapa saja penderita kanker yang dipertemukan dengannya.

Sebelum meninggal dunia, Rosida sudah sempat merasakan kehangatan hati Andien. Sebab Andien dan tim lah orang-orang yang langsung turun tangan untuk menolong Rosida. Kondisi Rosida yang sangat tidak manusiawi saat itu tidak dipandang rendah oleh Andien dan tim. Justru dengan kehangatan mereka menerima Rosida dan merawatnya.

Sekitar pukul 14.00 ia mendapat informasi tentang Rosida. Namun karena masih mengerjakan jadwal yang padat, Andien tidak bisa terjun langsung. Ia lalu meminta timnya untuk langsung turun ke tempat Rosida. Ia kemudian dibawa ke Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Atas upaya Andien dan kerja sama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Rosida menerima penanganan di sana. Selepas shooting sekitar pukul 22.00 hari itu, barulah Andien menemui Rosida.

“Saya speechless, tidak tahu harus berkata apa, inilah pertama kalinya saya bertemu dengan orang sakit, namun saya tidak berani memberikan kata-kata yang menguatkan baginya,” cerita Andien. Sebab, kata Andien, bukannya kesedihan, ia malah melihat pancaran kekuatan dan ketegaran dari diri Rosida. Andien bertanya-tanya dalam hati, bagaimana mungkin Rosida bisa bertahan sekuat itu melawan penyakit selama empat tahun?

Hal ini pula yang membuat Andien belajar, bahwa kebutuhan penderita kanker bukanlah sekadar kata-kata penguatan yang mengharukan. Mereka justru perlu merasakan energi gembira dari orang-orang di sekitarnya. “Akhirnya saya dan suami lebih banyak bercanda dengan Bu Rosida dan kami melihat Bu Rosida tersenyum senang,” katanya.

Pandangan mata Andien nampak lebih berbinar ketika berbicara soal perubahan apa yang didapatinya setelah melakukan aksi peduli ini. “Banyak perubahan yang saya rasakan, salah satunya saya memahami bahwa dalam kehidupan ini, semua orang wajib bergandeng tangan,” terangnya.

Andien mengaku memiliki energi baru yang menjadikan pribadinya berbeda dengan dirinya yang dulu. Banyak perjuangan dari para penyandang kanker itu yang membuat Andien berkaca. Ketika melihat ketegaran mereka, Andien berefleksi, apakah ia sudah cukup kuat atau tidak menjalani hidup.

Andien juga belajar, bagaimana caranya untuk tetap tersenyum dalam situasi yang tidak diharapkan. Refleksi ini yang akhirnya menolong Andien untuk berhenti mengeluh. “Hal ini paling saya rasakan saat sedang down. Mereka yang menghadapi kesulitan yang besar saja, tidak mengeluh. Mengapa saya untuk menghadapi masalah sepele saja cepat sekali menyerah?” pungkas Andien.

Selain itu, Andien mengakui kalau paradigmanya mengenai agama juga berubah. Dulunya, ia hanya paham soal agama, namun tidak soal spiritualitas. Namun kini, Andien mengaku dirinya akhirnya merasakan kedekatan tersendiri dengan Tuhan. “Saya jadi sadar benar, bahwa menolong orang lain bukan hanya sekadar perintah agama, tapi Tuhan sendiri yang berkehendak agar saya melakukan itu, “ katanya lagi.

Rupanya Andien menerima lebih banyak hikmah. Baginya menolong orang lain dan bersedekah merupakan sebuah perjalanan spiritual. Tentang bagaimana dirinya akhirnya bersedia dipakai Sang Pencipta untuk menjadi saluran kebaikan.

Pemahamannya soal sedekah juga menjadi baru. Bahwa sedekah bukan saja soal uang. Namun memberi kemudahaan dan membuat orang lain senang, juga bermakna sedekah. Karena itu, Andien juga tidak merasa terbebani dengan program-program peduli kanker ini.

Dukungan demi dukungan dari orang terdekat juga ternyata mengalir deras. “Saya bersyukur untuk orang-orang yang ada di sekeliling saya. Surrounding yang baik, juga membawa kebaikan yang banyak bagi kita,” tutup Andien.