Find Us On Social Media :

Serangan Truk Stockholm Menewaskan 4 Orang dan Melukai 15 Lainnya, Apakah Ini Aksi Teroris?

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 8 April 2017 | 13:15 WIB

Serangan truk Stockholm, menewaskan empat nyawa

Intisari-Online.com - Seorang laki-laki mengendarai truk bir curian, membawanya, dan menabrakkannya ke kerumunan di pusat perbelanjaan populer di Stockholm, Swedia, Jumat (7/4) sore waktu setempat. Tak lama kemudian, truk itu menabrak keramaian itu, menewaskan empat orang dan melukai 15 lainnya.

Aksi ini sontak membuat para pengunjung pusat perbelanjaan itu menjadi panik.

(Baca juga: Awas! Teroris Sedang Mengincar Kota-Kota Besar Sebagai Simbol Negara)

“Swedia telah diserang,” ujar Perdana Menteri Stefan Lovren dalam sebuah konferensi pers yang ditayangkan televisi. “Ini adalah tindakan teror.”

Panggilan darurat pertama datang pada pukul 14.50 waktu setempat tak lama setelah truk itu menabrak pedestrian yang super sibuk. Truk itu sendiri dikabarkan dicuri hari itu juga.

Dilansir dari New York Times, serangan itu disebut telah melukai jantung bangsa yang dikenal dengan kedamaian dan toleransinya. Dan sore musim semi yang indah nan damai itu pun berubah jadi hari penuh teror yang mencekam.

“Saya melihat ratusan orang berbelanja. Mereka berlari untuk menyelamatkan diri sebelum truk itu menabrak pusat perbelanjaan,” ujar salah seorang saksi, yang dikenal sebagai Anna, yang melihat kejadian itu kepada Aftonbladet.

Katarina Libert (32) seorang wartawan paruh waktu sedang mencoba pakaian di pusat perbelanjaan itu. Saat itulah ia mendengar ledakan, ia juga merasakan dinding di sekitarnya bergetar.

Pada awalnya, ujarnya, ia pikir itu suara dari orang-orang yang berada di toko. Tapi tak lama kemudian alarm kebakaran berbunyi dan pegawai toko menyarankan pengunjung untuk segera meninggalkan lokasi.

“Kami berjalan, kami menangis—semua orang tampak shock,” kata Libert. “Kami bergegas pergi ke jalan, dan saya melirik ke kanan dan melihat truk. Orang-orang tergeletak di tanah. Mereka sudah tak bergerak.”

Libert biasa menghindari kawasan sibuk yang berpotensi menjadi sasaran terorisme. Tapi sore itu, ia telah memutuskan untuk menghabiskan harinya dengan berbelanja.

“Beberapa orang merasa bahwa ini hanya masalah waktu,” katanya. “Paris, Brussels, London, dan sekarang Stockholm. Aku punya perasaan , ini semua akan terjadi.”