Penulis
Intisari-Online.com -Gara-gara neraca perdagangan Amerika Serikat mengalami defisit, Donald Trump tuding Indonesia dan 15 negara lainnya kerap berbuat curang. Dan oleh sebab itu, ia pun meminta menteri perdagangannya melakukan investigasi terhadap negara-negara tersebut.
Lalu apa langkah pemerintah Indonesia?
“Kemarin Pak Darmin (Menteri Koordinator Perekonomian) bilang selidiki dulu kemungkinan dampaknya kepada kita,” kata Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian, Eddy Putra Irawadi Jumat (7/4), kepada Kompas.com.
(Baca juga:Jika Dilihat IQ-nya, Sejatinya Presiden AS Donald Trump Tergolong Manusia Super Genius)
Untuk diketahui, tahun lalu defisit perdagangan AS-RI mencapai 8,4 miliar dollar AS.
Atas tudingan ini, pemerintah menginstruksikan para pengusaha atau eksportir untuk lebih memperhatikan ketentuan anti-dumping, sehingga tidak dianggap melakukan kecurangan dalam kegiatan ekspor terutama ke AS.
Eksportir yang mendapatkan sorotan yakni eksportir kertas. Selama ini, komoditas ekspor kertas RI kerap terkena tarif dumping dari sejumlah negara. Oleh karena itu para eksportir kertas diminta untuk memperhatikan ketentuan anti-dumping.
“Supaya asal jangan merebut pasar dan yang paling banyak kita itu kena di komoditas kertas. Saya melihat ini lebih banyak karena persaingan bisnis,” kata Eddy.
Selain membuat instruksi, sejatinya pemerintah membantah keras tudingan Donald Trump yang menyebut Indonesia melakukan kecurangan dalam perdagangan dengan AS.
Menteri Perdagangan Enggartiasto mengatakan, pemerintah akan membuat daftar komoditas ekspor yang berpotensi dipermasalahkan oleh AS. Ia mengatakan barang ekspor Indonesia ke AS terdiri dari banyak komoditas.
(Baca juga:Pangeran Arab: Donald Trump Adalah Teman Sejati Para Muslim)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016, nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai 15,6 miliar dollar AS, sedangkan impor hanya 7,2 miliar dolar AS. Artinya neraca perdagangan Indonesia surplus 8,4 miliar dolar AS.
Sementara itu, neraca dagang dengan mitra dagang besar lainya yakni Tiongkok, Indonesia mengalami defisit 15,6 miliar dolar AS. Adapun dengan Jepang, neraca perdagangan Indonesia hanya surplus 0,3 miliar dolar AS.