Find Us On Social Media :

Di Balik Seragam Hitam Putih Presiden Jokowi yang Selalu Setia Menyertai

By Agustinus Winardi, Rabu, 5 April 2017 | 19:20 WIB

Jokowi

Intisari-Online.com - Kegemaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan baju putih lengan panjang dan celana panjang hitam ternyata memiliki latar belakang yang  juga panjang.

(Meraba Peluang Jokowi Menggantikan Megawati Di PDI-P)

Pada usia remaja orang-orang seangkatan  Jokowi yang tinggal di pedesaan di Jawa Tengah biasa membantu hajatan tetangga yang sedang melaksanakan pesta pernikahan.

Para remaja atau pemuda yang  menyajikan makanan minuman kepada para tamu bertugas hilir mudik dan secara resmi memakai seragam baju lengan panjang putih serta celana panjang hitam. Seragam itu mirip baju dan celana yang  dikenakan Jokowi saat blusukan.

Bedanya, jika Jokowi saat blusukan menggunakan sepatu kets, para pelayan pesta pernikahan di desa menggunakan sepatu hitam resmi kantoran sebagai tanda kesopanan.

(Jadilah Legenda: Meski Jokowi Meminang, SID Menolak)

Bagi para pemuda yang tidak memiliki sepatu kantoran, mereka berupaya dengan cara meminjam saudara atau tetangganya. Jika memang tidak punya, mengenakan sepatu kets hitam juga tidak masalah.

Para pemuda yang bertugas melayani jamuan makan para tamu undangan pernikahan dibentuk dalam kepanitian yang melibatkan warga satu RT. Tugas para pemuda yang lazim disebut sinoman itu cukup berat karena harus mengantar makanan dalam piring dan minuman panas di dalam gelas.

Jika tamu perhelatan jumlahnya ratusan, para pemuda yang bekerja tanpa dibayar itu akan banjir keringat. Apalagi mereka juga bertugas membereskan piring dan gelas usai pesta, menata kursi, membereskan tenda dan hiasan pernikahan hingga tuntas, dan lainnya.

(Ini Jawaban ‘Netizen’ untuk Pertanyaan ‘Seperti Apa Indonesia Maju?’ yang Diajukan Jokowi)

Biasanya para pemuda sudah  merasa cukup senang jika makanan yang disajikan kepada para tamu berupa menu prasmanan karena mereka terhindar dari mengangkat nampan yang kemudian disalurkan kepada para tamu.

Tapi jika perhelatan menggunakan piring, sambil berkelakar, mereka menyebutnya  ‘’piring terbang’’ , pekerjaan berupa  pelayanan sukarela itu pasti banjir keringat. Tapi sebagai pelayan berseragam baju lengan panjang putih dan celana panjang hitam para pemuda desa itu sangat menikmatinya.