Find Us On Social Media :

Tragedi Pembunuhan Siswa Taruna Nusantara Seharusnya Bisa Dicegah

By Agustinus Winardi, Senin, 3 April 2017 | 16:00 WIB

SMA Taruna Nusantara sidtem pendidikannya dikelola ala militer

Intisari-online.com -  Dunia pendidikan kembali dikejutkan oleh kasus pembunuhan yang mengakibatkan seorang siswa calon penerus bangsa tewas.

Berita mengenai terbunuhnya seorang siswa dalam tawuran yang terjadi di jalanan sudah tak asing lagi di telinga masyarakat.

Tapi berita terbunuhnya seorang siswa di sekolah elit seperti SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah,  yang dikelola ala militer bahkan mirip Akademi Militer memang sangat mengejutkan.

Tidak mudah bagi seorang siswa lulusan SMP untuk memasuki SMA Taruna Nusantara  yang merupakan ‘’Akademi Militer’’ sipil itu.

Intinya di sekolah yang dikelola ala Akademi Militer itu aksi kekekerasan seperti pembulian siswa senior ke yunior tidak terjadi. Pasalnya di sekolah lain  setingkat SMA atau Perguruan Tinggi yang dikelola ala militer sikap berlibahan siswa senior ke yunior merupakan ‘’tindakan biasa’’.

Namun rencana pembunuhan AMR (15) kepada korbannya Kresna  Wahyu Nurachmad (15) sebenarnya bisa dicegah.

Ketika AMR membeli pisau di sebuah supermaket ternyata diketahui oleh sejumlah rekannya yang sebenarnya  telah menaruh curiga. Kecurigaan itu muncul  karena kepemilikan pisau oleh siswa SMA Nusantara  dilarang keras.

Tapi rekan AMR yang melihat pembelian pisau hanya diam saja ketika AMR beralasan pembelian pisau itu untuk tugas prakarsa. Padahal oleh rekan-rekannya, AMR telah dikenal sebagai ‘’siswa nakal’’.

Sedangkan aturan ketat di SMA Nusantara jelas-jelas memberlakukan siswa dilarang keras memiliki pisau karena semua peralatan prakarya sudah di sediakan sekolah.

Semua siswa yang merupakan rekan-rekan AMR termasuk korban pembunuhan tinggal di satu barak yang dikelola ala Akademi Militer sehingga kedisiplinan, ketertetiban, dan keamanan  jadi sangat terjaga.

Apalagi pemeriksaan ketat selalu dilakukan petugas untuk mencegah siswa membawa barang-barang terlarang. AMR bahkan lolos dari pemeriksaan karena bisa menyembunyikan pisau di lipatan kertas bukunya.

Akhirnya pembunuhan terencana yang dirancang secara cermat  oleh AMR yang barus berusia 15 tahun tidak bisa dicegah.