Find Us On Social Media :

Kisah Dukun AS: Telanjangi dan Bunuh 42 Wanita Demi Sempurnakan Kesaktian

By Intisari Online, Kamis, 9 Agustus 2018 | 11:00 WIB

Suradji hanyalah seorang pria tamatan SD. Penampilannya biasa saja. Kurus dan jangkung. Sama sekali tidak ada pancaran kharisma laiknya tokoh ataupun dukun terkenal.

Terlahir pada 10 Januari 1949, Ahmad Suradji merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Jogan dan Sartik. Dia terlahir dengan nama Sagimin. Sang bapak meninggal saat dia baru berumur 7 bulan.

Di lingkungan tempatnya bermukim dia lebih dikenal dengan nama Nasib Kelewang. Pasalnya, saat kecil Suradji pernah tercebur sumur. “Sejak itu dia saya panggil Nasib karena berhasil selamat,” ujar Sartik saat diwawancarai Tabloid Nova pada 1998.

Sementara nama kelewang didapat karena dia sering mencuri lembu dan ke mana-mana membawa kelewang. Sejak umur 12 tahun, kata Sartik, Suradji keranjingan mempelajari ilmu perdukunan. Dia belajar dari buku-buku peninggalan mendiang bapaknya yang berprofesi sebagai dukun.

Saat berumur 27 tahun, Nasib menikahi wanita asal Pekanbaru bernama Tumini. Usai menikah, Nasib berganti nama menjadi Ahmad Suradji. Harapannya, nama baru itu bisa membawa berkah dan kehidupan yang lebih baik.

Di sini sebenarnya tidak ada yang luar biasa dalam kisah hidup Suradji. Hingga pada suatu hari, Sartik dikagetkan dengan keinginan anaknya untuk menikah lagi. Alasannya, dia ingin anak wanita, sementara Tumini hanya bisa memberikan empat anak laki-laki.

Baca juga: Dari Pembunuhan hingga Bisnis Prostitusi, Inilah Hal-hal yang Dilakukan Geng Penjara Paling Berbahaya di Dunia

Sartik sebenarnya setuju. Tapi bukan kepalang terkejutnya ketika dia mengetahui bahwa wanita yang hendak dinikahi anaknya adalah adik iparnya sendiri alias adik kandung Tumini.

Hebohnya, Suradji tidak hanya menikahi satu adik Tumini namun dua adiknya, yakni Tuminah dan Ngatiyah. “Semua orang tahu bahwa itu perbuatan tidak benar,” keluh Sartik.

Toh, Suradji tidak peduli. Dia bahkan mengajak tiga wanita bersaudara itu tinggal satu atap. Karena ibunya terus menerus menentang, Suradji pun mengusir ibu kandungnya dari rumah.

Perilaku di luar kebiasaan umum inilah yang membuat Suradji  terlihat sebagai bukan “pria biasa” meskipun penampilannya biasa-biasa saja. Apalagi sejak kecil Suradji mengaku sering didatangi mendiang ayahnya lewat mimpi. Dalam mimpinya tersebut, sang ayah mengajarinya berbagai ilmu kesaktian.

Entah akhirnya benar-benar sakti atau tidak, oleh masyarakat Suradji dianggap sebagai orang pintar atau dukun.