Penulis
Intisari-Online.com – llmu pengetahun terus berkembang dan berubah.
Saat saya menjadi siswa kebidanan 45 tahun yang lalu, ilmu kebidanan lebih banyak berkiblat ke Belanda.
Istilah-istilah yang dipakai pun banyak sekali menggunakan bahasa Belanda.
Waktu itu, bayi baru lahir (BBL) baru boleh disusui setelah 24 jam kelahirannya.
Baca juga: Kahiyang Melahirkan: Ini Beragam Resep Tradisional Jawa Setelah Melahirkan
Kegiatan menyususi juga dijadwal dengan ketat. Setiap tiga jam sekali bayi dibawa dari kamar bayi untuk disusui ibunya.
Sebelum maupun sesudah disusui, bayi harus ditimbang untuk mengetahui apakah ASI yang diberikan sudah cukup atau belum. Kalau masih kurang, bayi diberi susu tambahan.
Sekarang, ilmu kebidanan terbaru menganjurkan bayi dan ibu berada di dalam satu ruangan (rooming in) agar bayi bisa menyusu kapan saja ia mau.
BBL juga dianjurkan untuk disusui secepatnya, tak perlu menunggu 24 jam seperti cara Belanda.
Untuk bayi normal, begitu lahir, setelah dikeringkan, ia langsung ditengkurapkan di antara kedua payudara ibu agar ia mencari puting susu ibu sendiri secara naluriah.
Kita mengenalnya dengan istilah inisiasi menyusu dini (IMD).
Secara tradisional, masayarakat zaman dulu mengikat tali pusat bayi dengan benang kasur.
Tapi cara Belanda mengajarkan bidan memasang klem (umbilical cord clamp) dari bahan plastik.
Baca juga: Kahiyang Ayu Melahirkan: Yuk Kenali Baby Blues Syndrome, Tangis Sedih Ibu Setelah Melahirkan
Sekarang, ilmu kebidanan kembali ke cara lama lagi. Tali pusat bayi diikat dengan benang kasur steril karena klem akan mengganjal perut bayi saat ia tengkurap.
Ketika ilmu persalinan semakin maju, proses melahirkan sering dilakukan dengan intervensi.
Pada saat mengedan, posisi ibu dianjurkan telentang. Tapi ilmu kebidanan terbaru menganjurkan cara tradisional lewat asuhan persalinan normal.
Prinsipnya, sebisa mungkin persalinan dijaga tetap berjalan normal, tak perlu banyak intervensi.
Menurut penelitian terbaru, sekitar 90% persalinan akan berjalan normal. Hanya 10% yang memerlukan bantuan dokter kebidanan.
Posisi ibu saat mengedan juga tidak lagi harus telentang tapi boleh miring, sambil duduk, bahkan jongkok.
Secara umum, ilmu kebidanan kini cenderung kembali ke cara tradisional yang lebih alami. [Tuti Astiyah Gunadi – Intisari November 2010)