Find Us On Social Media :

Dalam llmu Kebidanan Tempo Dulu, Tali Pusat Bayi Diikat Dengan Benang Kasur

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 5 Agustus 2018 | 12:45 WIB

Intisari-Online.com – llmu pengetahun terus berkembang dan berubah.

Saat saya menjadi siswa kebidanan 45 tahun yang lalu, ilmu kebidanan lebih banyak berkiblat ke Belanda.

Istilah-istilah yang dipakai pun banyak sekali menggunakan bahasa Belanda.

Waktu itu, bayi baru lahir (BBL) baru boleh disusui setelah 24 jam kelahirannya.

Baca juga: Kahiyang Melahirkan: Ini Beragam Resep Tradisional Jawa Setelah Melahirkan

Kegiatan menyususi juga dijadwal dengan ketat. Setiap tiga jam sekali bayi dibawa dari kamar bayi untuk disusui ibunya.

Sebelum maupun sesudah disusui, bayi harus ditimbang untuk mengetahui apakah ASI yang diberikan sudah cukup atau belum. Kalau masih kurang, bayi diberi susu tambahan.

Sekarang, ilmu kebidanan terbaru menganjurkan bayi dan ibu berada di dalam satu ruangan (rooming in) agar bayi bisa menyusu kapan saja ia mau.

BBL juga dianjurkan untuk disusui secepatnya, tak perlu menunggu 24 jam seperti cara Belanda.

Untuk bayi normal, begitu lahir, setelah dikeringkan, ia langsung ditengkurapkan di antara kedua payudara ibu agar ia mencari puting susu ibu sendiri secara naluriah.

Kita mengenalnya dengan istilah inisiasi menyusu dini (IMD).

Secara tradisional, masayarakat zaman dulu mengikat tali pusat bayi dengan benang kasur.

Tapi cara Belanda mengajarkan bidan memasang klem (umbilical cord clamp) dari bahan plastik.