Penulis
Intisari-Online.com -Ketika Perang Vietnam (1969-1975) meletus, untuk melawan pasukan gerilya Vietnam Utara (Vietcong), pasukan AS menerapkan taktik tempur baru, yakni mobildan kavaleri udara.
(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)
Untuk mendeteksi para gerilyawan Vietcong yang menerapkan taktik tempur hit and run, pasukan AS cukup mengirimkan pasukan dalam jumlah regu (tim intai) yang bertugas mendeteksi pergerakan pasukan Vietcong.
Jika pergerakan pasukan Vietcong yang bertempur ala pasukan gerilya RI dalam Perang Kemerdekaan RI itu sudah terdeteksi, tim intai pasukan AS akan memberikan informasi melalui radio.
(Begini Cara Helikopter Menggotong Sepeda)
Tak lama kemudian pasukan pengejar dan penghancur pun, seperti ranger dan raider tiba menggunakan puluhan bahkan ratusan helikopter tergantung kekuatan gerilya Vietcong yang harus dihadapi.
Operasi mobil udara menggunakan ratusan helikopter itu bahkan mampu mengangkut pasukan tempur berkekuatan satu batalyon.
Selain itu,sebagai heli-heli transport, ratusan helikopter yang dikerahkan US Army juga sekaligus merupakan heli serang (air cavalry) karena didukung oleh persenjataan yang memadai.
(Furrion Elysium RV, Mobil Camping Mewah yang Dilengkapi Landasan Helikopter)
Operasi tempur menggunakan taktik mobil udara sekaligus air cavalry ini cukup efektif karena pasukan yang sedang bertempur di darat juga mendapat bantuan tempur dari udara.
Heli transport yang dipersenjatai kanon kaliber 20 mm, senapan mesin tipe Gatling, dan juga dilengkapi roket dengan cepat mampu mengeleminasi musuh yang berusaha bertempur dengan taktik hit and run itu.
Helikopter di Indonesia
Saat ini pasukan TNI-POLRI dengan gigih memerangi para teroris di Poso dan OPM di Papua. Jika kekuatan TNI sudah didukung oleh puluhan bahkan ratusan heli transport tempur, operasi mobil udara dan air cavalry tidak mustahil bisa dilaksanakan secara lancar.
Adalah sangat riskan mengejar para teroris dan OPM hanya bermodal jalan kaki, mengerahkan ribuan personel dengan taktik pagar betis seperti yang diterapkan dalam perang antigerilya di tahun 1950-an itu.
Perlu dukungan heli transport tempur dalam jumlah besar seperti Blackhawk, Chinook dan Apache .
Hadirnya Apache di medan perang sangat efektif untuk aksi tempur lawan gerilyakarena bisa berfungsi sebagai pesawat Counter Insurgency (COIN) seperti OV- 10 Bronco TNI AU yang sudah pensiun.
Sementara heli Chinook dan Blackhawksangat efektif untuk mengangkut pasukan dalam jumlah besar dan sekaligus pelindung bagi pasukan karena dipersenjatai senapan mesin (door gunner).
Saat ini pemerintah dan masyarakat RI sedang menunggu kehadiran heli tempur Blackhwak, Chinook, dan Apache yang akan dikirim oleh AS tahun ini.
Sebab, jika tidak didukung oleh alusista yang memadai, jangan harap pasukan TNI mampu menyelesaikan ‘’masalah kecil’’ itu dalam tempo singkat dan secepat-cepatnya.