Penulis
Intisari-Online.com -Pendidikan di Indonesia mungkin bisa dikatakan masih jauh dari kata ideal. Namun, ini bukan berarti siswa di Indonesia kekurangan prestasi.
Karya ilmiah sejumlah siswa di Indonesia tidak hanya membuat kita takjub, namun dunia internasional memberikan apresiasi.
Berikut 5 karya ilmiah dari para siswa di sejumlah daerah di Indonesia.
Baca juga:Petinggi Uni Soviet: Soekarno Terlalu Suka Berpesta dan Berdansa
1. Minyak wangi dari buah carica karya siswa SMA di Wonosobo
Siswa SMA Muhammadiyah Wonosobo, Jawa Tengah, mengembangkan buah carica, buah khas dari pegungungan Dieng, untuk dijadikan makanan dodol dan menghasilkan parfum.
Proses destilasi yang mereka lakukan ternyata buah carica menyimpan aroma wangi menyegarkan. Penelitian tersebut dilakukan oleh 7 orang siswa pada awal tahun 2011.
Baca juga:Gagah Berani! Raja Viking Herlaug Pilih Dikubur Hidup-hidup Daripada Dipecundangi Musuh
Ketujuh siswa tersebut adalah Putri Ekaningtyas, Nur Laili Ekawati, Sara Nurul Hidayah, Dinda Indah RA, Indra Setia Rahmat, Defla Kartika dan Ajib Amarudin.
"Kami menghasilkan parfum setelah melakukan percobaan hingga empat kali gagal," kata Putri Ekaningtyas.
Seperti diketahui, carica merupakan buah jenis pepaya yang tumbuh subur di dataran tinggi Dieng. Namun beda dengan pepaya di tempat lain, carica memiliki kandungan serat lebih kenyal, dan getah lebih tebal.
"Selama ini kami mengamati carica hanya untuk sirup atau manisan. padahal carica menyimpan aroma khas yang tidak didapatkan pada buah lain," katanya.
Baca juga:Korlantas dan Kemenhub Sepakat Warna Pelat Nomor Kendaraan Jadi Putih, Ini Alasannya
2. Siswa di Aceh mengubah asam di buah Kedondong menjadi energi listrik
Sejak duduk di bangku SD, Naufal Raziq, memang memiliki ketertarikan terhadap sains. Remaja asal Desa Tampur Paloh, Aceh Timur itu pun melanjutkan "tugas" mata pelajaran IPA sewaktu SD, yaitu menghasilkan energi listrik dengan mengubah kandungan asam dari kentang.
Namun bedanya, Naufan kali ini memilih buah kandungan asam di buah kedondong pagar untuk menjadi energi listrik.
Proses penelitiannya yang panjang akhirnya membuktikan bahwa Kendondong pagar atau Spodias pinatta adalah media terbaik untuk menghasilkan energi listrik. energi yang dihasilkan mampu menyalakan sebuah lampu.
Dilansir dari Tribunnews, Jumat (19/5/2017), karya Naufal sudah dipatenkan. PT Pertamina EP pun sudah menggandeng Naufal dan listrik kedondong ala Naufan sudah menerangi 20 rumah di kampung halamannya.
Naufal pun akhirnya membantu "menerangi" kampungnya yang telah lama selalu gelap gulita saat malam tiba.
3. Dua siswi dari Jawa Timur menciptakan tisu ramah lingkungan
Pada hari Kamis (9/3/2017), saat acara Indonesia Science Project Olimpiade (ISPO), Octaviana Galuh Pratiwi dan Shella Vidya Ayu, memamerkan temuan mereka berupa tisu ramah lingkungan.
Tisu ini berbahan dasar ampas nenas dan dikombinasikan dengan buah busuk, air, dan gula. Dilansir dari Tribunnews, (9/3/2017), campuran ampas nenas dengan buah busuk, air, dan gula akan menghasilkan selulosa bakteri Acetobacter xylinum.
Berdasar penelitian mereka, bahan inilah yang dijadikan bahan dasar membuat tisu. Seperti diketahui, bahan dasar tisu yang sering kita gunakan adalah selulusa tumbuhan, khususnya pohon pinus.
Penemuan dua siswi SMA Negeri 2 Lamongan Jawa Timur tersebut menjadi terobosan baru untuk mencegah penggundulan hutan pinus. Galuh dan Shella memanfaatkan bahan-bahan bekas dan sudah tidak digunakan lagi.
4. Dua siswa SD di Gresik temukan BIAS untuk mencegah kebakaran
Dua siswa Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 2 GKB, Gresik, yaitu Zevana Hamdan Zahuri Kisna dan Berliana Abidatillah Mumtazah, menciptakan BIAS (Botol Informasi Ambang Suhu Ruangan).
Alat peraga yang mampu mendeteksi suhu panas di luar ambang batas di sebuah ruangan. Suhu yang terlalu panas di sebuah ruangan akan memicu kebakaran apabil terjadi kebocoran gas dari tabung elpiji.
BIAS terdiri tiga botol kaca yang sudah berisi air. Ketiga botol tersebut saling dihubungkan dengan menggunakan selang. Botol air yang berada di tengah, khusus diberikan warna merah dan tersambung dengan bel.
"Saat ada peningkatan panas di suatu ruangan, maka air yang ada di dalam botol akan memuai. Coba dibayangkan seperti orang masak air, semakin suhunya panas kan mendidih. Dengan air yang memuai itu, akan masuk pada botol warna merah yang sudah terdapat kabel positif dan negatif, dan kabel itu tersambung dengan bel," jelas Berliana.
Begitu bel dari BIAS berbunyi, maka dapat dijadikan pedoman bagi orang yang ada di sekitar ruangan, apabila terjadi kebocoran tabung gas.
Penemuan ini tidak hanya menjadi yang terbaik saat lomba karya cipta dan penelitian ilmiah kategori IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, pada bulan April 2018 lalu, namun juga diharapkan jatuhnya korban kebakaran akibat ledakan tabung gas elpiji.
5. Lima T dari Christopher Farrel Millenio, peneliti muda yang diundang Google
Christopher Farrel Millenio Kusuma adalah remaja asal Yogyakarta yang menemukan cara memampatkan data di dalam peragkat lunak. Proposal penelitiannya yang berjudul "Data Compression using EG and Neural Network Algorithm for Lossless Data", membuat Google, mengundangnya untuk melakukan presentasi.
"Berangkat ke sana karena proposal penelitian saya berjudul 'Data Compression using EG and Neural Network Algorithm for Lossless Data' lolos," kata Farrel saat ditemui Kompas.com, Rabu (22/11/2017).
Ide penelitian Ferrel berawal dari kuota data internet yang dimilikinya terbatas ketika hendak mengunduh game. Saat itu Ferrel masih duduk di kelas 1 SMA. Lalu Ferrel mencoba mencari cara untuk mengecilkan kapasitas game tersebut agar bisa diunduh, katanya.
Proposal penelitiannya tersebut sudah diajukan dalam setiap lomba di Indonesia, namun tak kunjung lolos. Ferrel mengatakan, kurang lebih 11 kali event belum ada yang nyangkut.
Namun, prinisip hidup 5 T (takon, teken, teteg, tekun, tekan) membawanya ke Amerika Serikat untuk menunjukkan kebolehannya di hadapan ilmuwan dan peneliti. Ferrel berada di kantor Google Mountain View, California, Amerika, dari tanggal 15-20 Februari 2017.
6. Siswa SMA di Semarang ciptakan alat pengubah asap rokok menjadi oksigen
Hermawan Maulana dan Zihramma Afdi, siswa SMA Negeri 3 Semarang, menjadi pemenang dalam International Exhibition for Young Inventors (IEIY) 2012 di Bangkok, Thailand.
Saat ditemui di Semarang, Rabu (4/7/2012), Hermawan dan Afdi mengatakan, penemuan alat tersebut dilatarbelakangi oleh perilaku perokok yang merokok di ruangan yang seharusnya bebas dari asap rokok.
"Alat itu kami namakan T-Box Application to Reduce the Danger Impact of CO dan CO2 in Smoking Room," kata Hermawan Maulana.
Asap rokok yang mengandung CO2 akan diurai menjadi oksigen, kemudian oksigen dialirkan kembali ke smoking room. Harapannya, ketika alat tersebut dipasang di smoking area, akan membuat perokok betah di ruangan tersebut dan tidak merokok di sembarang tempat.
Afdi mengatakan, alat tersebuut awalnya diberi nama "Carbofil Application", cara kerjanya menghisap asap rokok masuk ke dalam mesin yang sudah dirangkai komponen.
"Di dalam alat ini, asap rokok akan diurai menjadi oksigen kemudian dialirkan kembali. Selain oksigen, filterisasi juga meninggalkan karbon. Namun, karbonnya berbentuk padat yang bisa dimanfaatkan kembali," katanya.
7. Siswa MAN ciptakan tusuk gigi pendeteksi boraks dan formalin
Sederhana dan tepat guna. Dua siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bengkulu, Sumaria Desi dan Citra Kurnia Sari, menciptakan tusuk gigi yang bisa mendeteksi kandungan boraks dan formalin pada makanan.
"Kami melihat saat ini makanan dan jajanan, seperti diberitakan media, banyak dicampur dengan boraks dan formalin oleh pedagang tak bertanggung jawab, maka muncullah ide membuat alat pendeteksi boraks dan formalin karena dua bahan ini sering disalahgunakan," kata Citra, Rabu (26/8/2015).
"Tusuk gigi itu kami baluri selama 30 menit dengan kunyit yang sebelumnya telah dihaluskan," kata Sumaria.
Kunyit atau bahan alami di tusuk gigi akan berubah warna menjadi merah bata apabila tersentuh dengan bahan makanan yang mengandung boraks dan formalin.
"Jika makan bakso, tempe, tahu, tusukkan saja tusuk gigi itu ke makanan itu, jika makanannya mengandung boraks atau formalin, ia akan berubah warna menjadi merah bata," kata Weniarti, guru pendamping bidang studi Kimia MAN 2 Kota Bengkulu.
Sebelumnya, kedua siswi tersebut juga telah menemukan bahan bakar jenis bensin dari limbah plastik.
8. Mesin pengirit BBM ciptaan anak petani di Aceh, juara Nasional 2015
Tri Waluyo tak mungkin melupakan saat namanya disebut dalam acara Pekan Inovasi Perkembangan (PIN) desa/kelurahan dan Gelar Karya Teknologi Tepat Guna (TTG) Tingkat Nasional XVII yang berlangsung di Banda Aceh, 7-12 oktober 2015.
Saat itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyerahkan piala atas karyanya berupa mesin pengirit bahan bakar bensin untuk kendaraan roda empat.
Tri mengatakan, ide menciptakan mesin tersebut disebabkan kondisi ekonomi yang sulit pasca gempa 2012, kepada Kompas.com, Sabtu (10/10/2015).
Bersama rekannya Eky Yolanda, keduanya adalah siswa di SMK Negeri 2 Takengon, Aceh Tengah.
Mesin pengirit BBM dinamai Pemrit dan cara kerjanya adalah menerapkan sistem penguapan bahan bakar dalam pipa melalui proses pemanasan yang menggunakan fluida cair atau cairan pendingin mobil.
"Kami pernah nyaris putus asa ketika tak menemukan gas analyzer untuk mengukur kadar emisi, namun dengan bantuan dari BPM-PK akhirnya kami bisa menemukan alat tersebut di sebuah SMK di Aanda Aceh dan kami pun meminjam pakai alat tersebut, sehingga hasilnya mesin yang kami hasilkan ini memiliki kadar emisi yang normal," ujarnya. (Michael Hangga Wismabrata)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "8 Penemuan Karya Pelajar Indonesia, dari Kedondong hingga Asap Rokok".
Baca juga:Sayad -2, Senapan Sniper Hamas Buatan Iran yang Paling Ditakuti Pasukan Israel di Jalur Gaza