Find Us On Social Media :

Viral, Kisah Seorang Ibu yang Sukses “Menyembuhkan” Anaknya yang Ketagihan Gula

By Ilham Pradipta M., Kamis, 2 Maret 2017 | 18:45 WIB

Tak heran kalau anak-anak banyak yang ketagihan gula

Intisari-Online.com – Anna Larson, seorang ibu asal Swedia memutuskan untuk memotong asupan gula harian anaknya. Hal itu ia lakukan bukan tanpa alasan. Ia memutuskannya ketika melihat betapa parahnya anak perempuannya yang mengidam gula. Coba tebak, apa yang terjadi setelah itu? Anna terkejut dengan hasilnya.

(Ternyata, Anjing dapat Mendeteksi Diabetes)

Setelah memangkas asupan gula bagi anaknya, gadis kecil itu tak lagi meminta makanan manis, seperti yoghurt atau iced buns. Anaknya justru memilih menu sehat yang sebelumnya selalu ditolaknya ketika Anna menawarkannya. Tak hanya itu saja, bahkan si kecil yang berusia empat tahun, tidur lebih baik dan jarang marah-marah. Wow!

Kisah Anna bersama anaknya telah mendapatkan 2.400 kali "liked" di Facebook setelah ia mengunggah kisah tersebut.  Awalnya, boleh dikata anak perempuannya amat ketagihan gula. “Saya pikir, dia benar-benar mengidam gula, dia tak mau makanan yang kami buat, semua yang dia inginkan hanya makanan seperti yoghurt manis,” jelas Anna.

(Kita Bisa Lo Mengusir Diabetes dengan Secangkir Kopi)

Sejak viral di Facebook, Anna juga menulis artikel untuk koran nasional Aftonbladet dan menjadi narasumber di stasiun televisi. Namun, tak semua orang begitu terkesan dengan keputusannya. Beberapa orang berpikir tindakan yang dilakukan Anna terbilang esktrem. Namun, menurut Anna, bukan berarti anak-anak tak boleh makan gula sama sekali, hanya saja mereka tidak boleh memakannya setiap hari.

“Jika anak Anda benar-benar mengidam gula, berarti mereka memerlukan bantuan. Anak-anak tak dapat melakukannya sendirian,” jelasnya.

Swedia sediri merupakan negara dengan tingkat diabetes dan kelebihan berat badan pada anak-anak yang cukup rendah. Pada 2015, Diabetes Federation melaporkan prevelensi diabetes di Swedia sedikit lebih rendah dari tetangganya, seperti Norwegia dan Turki.

Sistem Reward 

Menghindari gula memang susah. Tak heran kalau kemudian diciptakan pemanis buatan. Menurut para ahli gula memang dapat menjadi candu bagi seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh reward system (sistem imbalan) yang bekerja terhadap makanan, seks, hingga obat-obatan. Menurut Dr. Nicole Avena, peneliti di Departemen Psikiatri Sekolah Kedokteran Universitas Florida, AS, sistem imbalan ini merupakan perubahan rangkaian zat kimia di beberapa bagian otak. Zat utama yang terlibat dari sistem ini adalah dopamin. 

Otak akan mengeluarkan dopamin disaat situasi yang menyenangkan. Dopamin juga akan menstimulasi otak untuk mengulangi dan mencari hal menyenangkan yang telah kita lakukan sebelumnya. Orang yang ketergantungan dengan obat-obatan, nikotin, dan alkohol, reseptor dopaminnyamembuat mereka terus-menerus mencari efek “mabuk” yang diberikan oleh ketiganya.Ajaibnya, gula juga bisa meyebabkan reaksi serupa pada otak.

Bahkan, Angelique Panagos, ahli gizi dari Inggris berpendapat, dalam hal kecanduan, gula lebih hebat dibandingkan dengan kokain. Ketika kokain hanya menstimulasi satu area di otak, gula menstimulasi seluruh area otak kita. Suatu studi di Prancis menguatkan hal itu. Di studi itu, tikus yang sedang kecanduan kokain malah memilih gula daripada kokain. Apakah hal itu yang membuat konsumsi gula terus naik?