Find Us On Social Media :

Praktik Kanibalisme di Era Modern, saat Label 'Mistis' dan 'Penyembuhan Alami' Ubah Manusia Jadi Sosok yang Buas

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 26 Juli 2018 | 12:20 WIB

Intisari-Online.com- Fenomena aneh kanibalisme telah ada sejak zaman manusia purba.

Sebagai contoh, di beberapa daerah Mesopotamia kuno dan India.

Mereka meyakini bahwa kanibalisme dapat menjadi obat & berperan penting untuk memperpanjang hidup seseorang.

Demikian juga gladiator di Roma kuno,kadang mereka minum darah lawan mereka yang kalah dengan harapan menyerap vitalitas, kekuatan, dan keterampilan tempur mereka.

Baca Juga: Inilah Rumah Tanpa Kayu yang Harganya Rp75 Juta Cuma Perlu 7 Hari Membangunnya, Berminat?

Memang hampir tak dapat dipercaya jika praktik kanibal bisa bertahan hingga awal era modern, namun itulah yang terjadi dan mencapai puncaknya pada awal abad ke-17.

Yakni saat pikiran-pikiran historis cemerlang seperti Nicholas Copernicus, Isaac Newton, Galileo Galilei, dan Johannes Kepler memulai revolusi ilmiah.

Namun, meskipun sains, filsafat, dan seni membuat dunia lebih masuk akal, berbeda dalam bidang kedokteran.

Baca Juga: Akhirnya Ilmuwan Berhasil Temukan Cara Atasi Penuaan dan Kembali Muda

Hal-hal seperti vaksin, antibiotik, dan obat penghilang rasa sakit tidaklah ada.

Sehingga orang mencoba untuk menyambuhkan penyakit dengan metode yang aneh-aneh.

Termasuk dengan mengonsumsi mumi dan sisa-sisa dari tubuh manusia.

Paracelsus, seorang dokter Swiss-Jerman mendorong orang untuk menghadiri eksekusi publik dan membeli darah segarnya.