Find Us On Social Media :

Jangan Sampai Hubungan Rumah Tangga Rusak Gara-Gara Beda Pilihan Politik

By Tika Anggreni Purba, Selasa, 21 Februari 2017 | 17:40 WIB

1 dari 5 Pasangan Menikah Berada dalam Hubungan Penuh Tekanan dan Pertengkaran

Intisari-online.com—Laporan Huffingtonpost menyebutkan bahwa dua minggu setelah Donald Trump menjadi presiden AS, banyak pasangan yang bercerai. Kabarnya, perbedaan preferensi politik menjadi pemicu perceraian.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, seorang warga California, Gayle McCormick (73) berkata bahwa ia dan suaminya memutuskan mengakhiri 22 tahun pernikahan mereka setelah suami berencana memilih Trump.

Walaupun akhirnya suaminya tidak memilih Trump, hubungan suami-istri sempat genting dibuatnya. “Rasanya aku tidak akan sanggup hidup dengan beradu pendapat setiap hari jika ia memilih Trump,” kata McCormick.

Melalui contoh ekstrem ini, kita bisa menyadari bahwa preferensi politik juga mempengaruhi hubungan pernikahan.

(Cara Menyelamatkan Pernikahan ala Konsultan Cerdas)

Sebetulnya berbeda preferensi politik boleh. Tapi jangan sampai bablas memicu kehancuran rumah tangga. Berikut cara menghindari perselisihan dan tetap saling mencintai pasangan yang berbeda pilihan politik.

1. Jangan pandang pasangan seolah ia memiliki kesamaan dengan pilihan politiknya.

Sekalipun pasangan kita memilih kandidat pemimpin yang berbeda dengan kita bukan berarti ia sama dengan kandidat yang dipilihnya. Preferensi politiknya belum tentu menggambarkan kepribadiannya.

Kalaupun terjadi perdebatan, jangan bertengkar gara-gara membela kandidat pemimpin yang favorit. Layaknya diskusi politik biasa, kita harus sama-sama menghargai pilihan politik pasangan.

2. Jangan berhenti memberi kasih sayang walau beda pilihan politik

Pilihan politik boleh berbeda, tapi jangan sampai mempengaruhi kemesraan hubungan. Berselisih dan tersinggung karena pendapat pasangan wajar saja terjadi. Namun, jangan sampai perbedaan pendapat menghancurkan kasih sayang pada pasangan.

3. Ingatkan diri sendiri bahwa menang dalam adu pendapat bukanlah segalanya