Penulis
Intisari-Online.com -Sekitar 1.164 hoax tersebar di Indonesia sejak November 2016 lalu. Hoax-hoax itu, menurut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), sebagian besar bermuatan SARA dan kerapmengadu domba. Mudah-mudahan kita tidak termasuk yang ikut menyebarkannya.
Terkait masifnya sebara hoax di Indonesia, Ketua KPI Yuliandre Darwis menilai perlu ada gerakan sosial dari masyarakat untuk menghadang informasi palsu atau hoax yang kian marak bermunculan di ranah digital.
“Kurang lebih dari November yang diaudit dari beberapa rilis, kurang lebih ada 1164 hoax tanpa henti untuk menghantam dengan isu SARA dan mengadu domba di antara kita,” kata Yuliandre saat menghadiri deklarasi Bandung Hantam Hoax di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalemkaum, Senin (20/2), seperti dilaporkan Kompas.com.
(Veles, Pabrik Berita Hoax di Makedonia yang Berhasil Taklukan Amerika Sekaligus Raup Jutaan Dollar)
Oleh karena itu, KPI bekerja sama dengan pemerintah—dalam hal ini Pemerintah Kota Bandung—menggagas deklarasi Bandung Hantam Hoax sebagai momentum untuk menyikapi fenomena informasi hoax di dunia digital.
“Mudah-mudahan dengan gerakan sosial ini ada PARFI, dan regulator, dan pemkot yang merasakan sebagai user yang dihajar. Fenomena ini harus dibereskan karena pidato Pak Presiden pun ketika di Hari Pers Nasional selalu bicara hoax ini sudah over di Indonesia,” ujarnya.
Yuliandre menambahkan, KPI pun berkomitmen untuk memberikan atensi lebih terhadap upaya penanganan penyebaran informasi hoax kepada masyarakat yang berpotensi membuat kegaduhan.
“Jadi ke depan ini jadi catatan penting ayo bersama-sama, karena gak bisa sendiri, harus bareng-bareng, jangan sampai ada oknum yang merekayasa informasi formal ini. KPI menganggap ini sangat penting dan menjadi prioritas utama untu menjadi isu strategis,” jelasnya.
Lepas dari itu, di tengah banjir informasi seperti sekarang ini, semoga kita tidak menjadi bagian yang gemar menyebarkan berita-berita palsu dan hoax.