Penulis
Intisari-Online.com -Wanna si orangutan akhirnya kembali ke habitatnya di hutan Kalimantan. Ia menjadi satu dari sekitar 12 orangutan yang dilepasliarkan kembali oleh yayasan Bornoe Orangutan Survival di Nyaru Menteng dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah ke Taman Nasional Bukit Baka Bukin Raya di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Wanna, merupakan salah satu orangutan yang menjadi korban perdagangan ilegal antarnegara. Wanna sampai ke Thailand dan diperbudak di sana sebagai bagian dari satwa pemain sirkus.
“Kami menunjukkan bagaimana sulit, begitu lama, dan penuh kerja keras demi mengembalikan orangutan kembali ke habitatnya. Karena mereka hidupnya di alam. Lebih sulit dari mereka hanya sekadar melatih menjadikan mereka alat bisnis sirkus,” kata Staf Komunikasi Yayasan BOS Nyaru Menteng, Monterado Friedman, Jumat (17/2), dilansir Kompas.com.
Wanna, bersama 48 orangutan lainnya dipulangkan kembali dari Thailand. Ia tiba di Nyaru Menteng pada 22 November 2006, pada usia 6,5 tahun dan beratnya 28 kilogram. Dia terlihat jinak dan sangat akrab dengan keberadaan manusia.
Setelah lolos karantina, Wanna langsung rehabilitasi di Sekolah Hutan Nyaru Menteng hingga 2013. Lulus sekolah, Wanna pindah ke hutan kecil di lingkungan BOS, disebut Pulau Kaja, untuk mempraktekkan kemandiriannya sebelum pelepasliaran.
“Orangutan betina ini cepat beradaptasi dengan lingkungan baru di Pulau Kaja. Ia suka menjelajah, pandai mencari pakan alami dan membangun sarang. Dia paling siap, makanya kita pilih,” kata Monterado.
Memasuki umur 17,5 tahun, Wanna akhirnya terpilih untuk dilepasliarkan ke habitat alaminya. Bobot tubuhnya sekarang 56,7 kg, terlihat ideal. Ia bersama 11 lainnya segera membuktikan kemampuan dan kemandiriannya hidup liar di hutan TNBBBR, Jumat ini.
“Segera menyusul orangutan repatriasi yang lain di akhir Februari ini dan Maret,” kata Agung.
Tidak seluruh orangutan dari Thailand itu memiliki nasib baik seperti Wanna bisa kembali ke hutan. Agung mengatakan, hanya 70 persen dari 48 orangutan tadi memiliki peluang kembali ke hutan.
“Selebihnya ada yang mati karena tua maupun sakit. Ada sekitar 4 atau 5 individu,” kata Agung.
Sementara itu, 11 orangutan lainnya, yang dilepas bersama Wanna, memiliki latar belakang berbeda. Kebanyakan mereka terlibat konflik dengan warga di sekitar hutan di Kalimantan. Mereka kemudian ditangkap, diikat, dipelihara, atau mengalami penyiksaan, sebelum akhirnya disita BKSDA.
Wanna sendiri mengingatkan kembali pada upaya bersama pemerintahan negara Thailand dan Indonesia memerangi perdagangan ilegal satwa. Upaya ini dilakukan menyusul temuan para aktivis tentang dugaan penyelundupan ratusan orangutan ke taman safari di pinggiran Bangkok.
Sebagian orangutan itu asal Indonesia. Mereka dijadikan alat hiburan di sirkus pertunjukan tinju orangutan. Pemerintah Thailand turun tangan. Pemerintah membantu mengembalikan orangutan itu secara berangsur.
Sebanyak 48 orangutan kembali ke Kalimantan melalui pemulangan pertama. Menyusul kemudian beberapa kali pemulangan berikutnya di 2008 hingga 2015.
Pemulangan itu kemudian membuka tabir bahwa perdagangan satwa, khususnya orangutan Indonesia, bukan hanya ke Thailand saja. Perdagangan satwa ini merambah hingga ke negara-negara lain seperti Philipina, Malaysia, Saudi Arabia, Vietnam dan Kamboja.