Find Us On Social Media :

Kisah Pram dan Hamka: Bertengkar di Atas Kapal Van der Wijck, Berdamai di Bawah Islam

By Ade Sulaeman, Senin, 6 Februari 2017 | 16:30 WIB

Hamka dan Pram

Beberapa tahun kemudian, Pram pun bebas. Namun, Hamka tak pernah mengusik perosalan masa lalunya dengan Pram.

"Ayah sama sekali tak pernah terusik dan beraktivitas seperti biasanya saja," papar Irfan.

Pada suatu kesempatan, Hamka kedatangan sepasang tamu. Seorang perempuan Jawa dengan nama Astuti dan seorang lelaki keturunan Tionghoa bernama Daniel Setiawan.

"Saat Astuti memperkenalkan siapa dirinya, Ayah agak terkejut, ternyata Astuti adalah putri sulung dari Pram" lanjut Irfan.

Astuti pun mengutarakan maksud kedatangannya kepada Hamka. Dia memohon kepada Hamka agar membimbing calon suami yang dibawanya serta untuk masuk Islam. Astuti mengatakan, sang ayah tak setuju jika memiliki menantu yang berbeda iman.

Setelah mengetahui maksud kedatangan Astuti, tanpa sedikit keraguan, Hamka langsung meluluskan permohonan sang tamu. Ia membimbing Daniel Setiawan, calon menantu Pram membaca dua kalimat syahadat.

Hamka lantas menganjurkan Daniel untuk segera berkhitan dan menjadwalkan untuk mempelajari Islam dengannya.

Sepanjang pertemuannya dengan putri sulung Pram itu, Hamka tak sekalipun menyinggung persoalannya dengan Pram beberapa tahun silam.

Salah seorang teman Pram, Hoedaifah Koeddah, sempat menanyakan alasannya mengirim calon menantunya kepada Hamka untuk mempelajari Islam. Pram pun menjawab dengan penuh ketegasan.

"Masalah paham kami tetap berbeda, saya ingin putri saya yang muslimah harus bersuami dengan laki-laki seiman. Saya lebih mantap mengirim calon menantu saya belajar agama Islam dan masuk Islam kepada Hamka," tutur Pram seperti dikutip dalam buku Ayah, karya Irfan Hamka.

Hoedaifah pun sempat menuliskan cerita tersebut dalam majalah Horison edisi Agustus Tahun 2006. Dia melihat tampaknya kisah Pram yang mengirim calon menantunya kepada Hamka, sekaligus menunjukan permintaan maafnya.

Hamka yang langsung menerima maksud kedatangan Astuti pun secara tak langsung menunjukan sikap memaafkan. Dia bahkan bersedia membimbing calon menantu Pram itu untuk mendalami agama Islam. Ya, pada akhirnya Islam jualah yang mendamaikan keduanya.

(Rakhmat Nur Hakim)