Find Us On Social Media :

Hati-hati! Ada Bahan Kimia Berbahaya pada Kemasan Makanan Cepat Saji

By Ilham Pradipta M., Kamis, 2 Februari 2017 | 14:04 WIB

Mencegah Anak Agar Tidak Ketagihan Makan Junk Food

Intisari-Online.com – Bagi sebagian orang memesan makanan cepat saji bisa menjadi “penyelamat” di saat kelaparan. Namun, mungkin makanan tersebut sarat dengan lemak, kolesterol, dan natrium yang bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Selain itu, ternyata kemasan makanan cepat saji juga bisa berdampak negatif bagi kesehatan kita.

Menurut Environmental Science & Technology Letters, beberapa makanan cepat saji mengandung bahan kimia yang disebut fluorinated (PFASs). Bahan kimia itu bersifat antinoda dan water-repellant (menolak air) yang bisa ditemukan dalam produk seperti furnitur, karpet, kosmetik, pakaian hingga peralatan masak.

“Yang paling banyak dipelajari, zat ini dikaitkan dengan kanker ginjal dan testis, kolesterol tinggi, menurunkan kesuburan, masalah tiroid, dan perubahan dalam fungsi hormon, serta menurunkan respon imun pada anak-anak” menurut rilis Environmental Science & Technology Letters.

(Tips Jajan Fast Food Agar Tetap Sehat)

Dalam hasil studi yang dilakukan Laurel Schaider, peneliti dari Silent Spring Institute menunjukkan, kalau PFASs dapat berpindah dari kemasan makanan ke dalam makanan yang kita makan. “Studi ini telah menemukan bahwa tingkat migrasi tergantung pada suhu makanan, jenis makanan, dan berapa lama makanan tersebut berhubungan dengan kemasan tersebut,” jelasnya.

Para ilmuwan dari lima lembaga yang berkolaborasi pada laporan tersebut, mengumpulkan lebih dari 400 sampel kemasan makana cepat saji dari 27 restoran cepat saji terkemukan di AS. Mereka membagi jenis-jenis kemasan tersebut menjadi enam kategori. Mulai dari kemasan kertas (pembungkus sandwitch dan pastry bags), karton (pembungkus kentang goreng atau pizza), non-kertas (outer bags),  cangkir kertas (paper cups),  kontainer minuman (wadah susu, jus, dan lainnya) dan miscellaneous (lids).

Menurut para peneliti, kemasan kertas paling “bernasib buruk”. Dari sampel yang dikumpulkan, 46 persen positif mengandung fluorine (fluor), yaitu gas halogen beracaun. Sedangkan kemasan karton 20 persen dan wadah minuman 16 persen. Kabar baiknya, hasilnya negatif pada kemasan non-kertas, cangkir kertas, dan miscellaneous.

Dalam studi itu, para peneliti tidak memberikan data spesifik untuk membandingkan restoran cepat saji atau menentukan merek yang mencetak lebih baik atau buruk. Schaider menambahkan, sayangnya tidak ada cara mudah bagi konsumen untuk mengetahui apakah kemasan itu mengandung fluor hanya dengan melihatnya saja. Namun, bagi orang yang ingin mengurangi paparan bahan kimia ini, ada cara sederhana. Caranya dengan mengambil makanan sesegera mungkin setelah disajikan. Hal ini akan meminimalkan bahan kimia itu bermigrasi ke dalam makanan. Cara terbaik adalah untuk beralih ke kemasan yang tidak mengandung bahan kimia fluor.