Intisari-Online.com-Tak hanya memicu obesitas dan berbagai penyakit lainnya, batasi konsumsi fast food terbukti kurangi resiko depresi. Jadi walaupun Anda bukan orang yang sedang menjalani diet atau menderita penyakit tertentu, konsumsi fast food memang harus diminimalisir.
Peneliti dari University of Pittsburgh, Charles Reynolds, melakukan sebuah tes sederhana untuk menguji apakah konsumsi fast food terkait dengan depresi. Reynolds awalnya hanya ingin mencoba sebuah bentuk psikoterapi yang baru pada sebuah grup masyarakat Afrika Amerika.
Sejumlah orang ini memiliki beban hidup yang berat dan beresiko tinggi terkena depresi. Meski belum didiagnosa menderita depresi, Reynolds berharap terapi baru ini dapat melindungi mereka dari masalah mental tersebut di kemudian hari.
Terapi yang diterapkan Reynolds sangat sederhana. Ia memberi saran-saran tentang bagaimana memilih makanan yang enak, sehat, dan bernutrisi namun tidak mahal. Ini merupakan tahap ‘coba-coba’ sebelum ia memberikan terapi konsultasi sesungguhnya yang lebih detail.
Hasil yang didapat Reynolds dua tahun setelahnya sangat mengejutkan. Orang-orang yang menerima terapi uji coba tersebut memiliki mood yang lebih baik. Resiko terkena depresi mereka pun turun drastis.
Tanpa adanya kontak rutin atau konsultasi tambahan, efek yang muncul ternyata sudah besar. Reynolds yakin bila terapi ini digarap dengan serius dan detail, hasil yang didapat akan lebih optimal.
Jadi, membatasi konsumsi fast food memang terbukti kurangi resiko depresi. Menurut Reynolds hal ini terjadi sebab seseorang yang menyiapkan sendiri makanan sehatnya akan merasa lebih percaya diri. Ia akan menghargai dirinya sendiri dan merasa yakin bisa mengatasi berbagai macam masalah (BCC).