Penulis
Intisari-Online.com - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laju inflasi Januari 2017 sebesar 0,97%. Dengan demikian, inflasi tahunan Januari 2017 sebesar 3,49% year on year (YoY).
(YLKI Pertanyakan Keputusan PLN Naikkan Tarif Listrik dengan Alasan Inflasi?)
Inflasi bulanan Januari melampaui ketika puasa bulan Juni 2016 yang sebesar 0,66% dan saat lebaran Juli 2016 sebesar 0,69.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, tiga kelompok penyumbang inflasi terbesar pada bulan lalu. Pertama, kelompok tarnsportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 2,35% dengan andil sebesar 0,43%.
Ia menjelaskan, tingginya inflasi pada kelompok ini terutama disumbang oleh beberapa kenaikan harga. "Perpanjangan STNK, biaya administrasinya naik dengan andil 0,23%, disusul tarif pulsa ponsel dengan andil 0,14%, dan bensin karena ada penyesuakan harga dengan andil 0,08%," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (1/2).
(Waspada Inflasi Jika Harga BBM Naik!)
Selain kelompok pengeluaran tersebut, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar juga menjadi penyumbang inflasi tertinggi, yaitu sebesar 1,09% dengan andil 0,26%. Pihaknya mencatat, sejumlah komoditas menyumbang inflasi pada kelompok ini, yaitu kenaikan tarif listrik rumah tangga 900 volt ampere (VA) dengan andil 0,19% dan kenaikan tarif sewa rumah dengan andil 0,04%.
Kelompok ketiga yang menyumbang inflasi terbesar pada bulan lalu, yaitu bahan makanan sebesar 0,66% dengan andil 0,14%. Beberapa komoditasyang menyumbang inflasi yaitu kenaikan harga cabai dengan andil 0,10% dan ikan segar dengan andil 0,07%.
Tetapi beberapa harga pangan juga menahan inflasi bulan lalu, yaitu penurunan harga cabai merah dan bawang merah. "Inflasi bahan makanan lebih rendah dibanding inflasi umum, biasanya dia lebih tinggi. Artinya secara umum bahan makanan terkendali," tambah dia.