Find Us On Social Media :

Jangan Berani Membawa Kabur Wanita dari Suku Asli Australia Ini, Jika Tak Ingin Dihukum Mati

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 13 Juli 2018 | 21:30 WIB

Intisari-Online.com – Kisah mistik dalam peradaban suku bangsa Pintubi, penduduk asli Australia yang dituangkan dalam Majalah Intisari edisi Februari 1978.

--

Sudah berabad-abad suku bangsa Pintubi berjuang mati-matian untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu penduduk asli Australia ini masih hidup dengan hukum-hukum yang berlaku di zaman batu.

Mereka duduk sambil bernyanyi. Lagunya monoton dan membuat orang ngantuk. Badan-badan yang tanpa baju itu bergerak-gerak mengikuti irama nyanyian kuno. Ke depan dan kembali lagi. Seakan-akan mereka tidak berada di dunia ini lagi.

Baca juga: Puluhan Tahun Sering Susur Gua, Dokter Australia Ini pun Ikut Selamatkan Remaja Thailand

"Kini saya pergi ke alam mimpi", kata Tshaparoulla Nosepeg. "Saya pergi ke leluhur".

Nosepeg duduk di antara para pria, memejamkan mata dan berada di dalam keadaan "trance". Ia nampak bahagia dan berada jauh, entah di mana.

Mungkin besok ia sudah kembali, di dunia yang tidak disenangi di Australia ini. Atau boleh jadi baru lusa. Atau minggu yang akan datang.

Nosepeg termasuk sesepuh dari sekelompok suku bangsa Pintubi di benua ke lima. Baru pada tahun 1959 mereka diketemukan. Sekelompok yang terdiri dari 200 lelaki, wanita dan anak-anak yang sebelumnya belum pernah melihat seorang laki-laki kulit putih.

Musyawarah sesepuh itu adalah badan yang tertinggi pada orang-orang ini yang masih hidup di zaman batu. Musyawarah itu menentukan semua hal di dalam masyarakat yang kecil itu. Mengenai perang atau damai. Mengenai hidup atau mati. Keputusannya adalah yang terakhir dan tidak bisa dilawan.

Baca juga: Diduga dari Indonesia, Pantai Australia Ini Dipenuhi Bermacam Limbah

Maut mempunyai peran yang besar pada bangsa Pintubi. Katatschi, dapat dibandingkan dengan "woo-doo" di Afrika, upacara maut yang hanya masih dilakukan pada orang-orang Pintubi. Pengejaran yang keji dilakukan pada seseorang yang melanggar hukum.

Ia mengetahui bahwa maut itu menantinya, akan tetapi tidak berusaha melarikan diri. Sudah sejak berabad-abad upacara ini masuk dalam kehidupan orang Pintubi.