Find Us On Social Media :

Ini Kata Sang Algojo Lho: Begini Beda Cara Menggantung Orang Gemuk dan Orang Kurus

By Intisari Online, Rabu, 11 Juli 2018 | 06:00 WIB

"Tidak. Kalau Duke sedang tidur."

Ia tertawa terbahak-bahak. "Dok," panggilnya kepada dokter penjara. "Ini ada penembak liar ingin menjadi algojo."

Ternyata setelah itu suasana tidak sekaku tadi. Saya ditanyai apakah saya cekatan. Kebetulan memang demikian.

Saya diberi tahu bahwa seorang algojo adalah hamba hukum yang tidak boleh membawa-bawa perasaan dalam melakukan tugas eksekusi. Setelah itu saya boleh pulang.

Enam minggu kemudian saya dinyatakan lulus wawancara dan terpilih mengikuti pendidikan menjadi asisten algojo di Penjara Pentonville. Istri saya, Joyce, tidak keberatan.

Efisien, bersih, cepat

Tiga minggu sebelum merayakan ulang tahun ke-28, saya berada di kantor kepala Penjara Pentonville bersama tiga orang lain.

Mereka itu George Dickinson (seorang ahli matematika yang bekerja di sebuah perusahaan kimia yang besar di Manchester), William Pollard (karyawan Woolwich Arsenal di London) dan Harry Allen, seorang penjual es krim dari Birmingham.  Kata Harry, ia sudah melamar delapan belas kali!

Kepala penjara memperkenalkan kami pada Pak Hughes, seorang sipir yang sudah lanjut usia, yang akan menjadi instruktur kami.

Tapi sebelum mulai belajar, kami diberi tahu bahwa kami harus mematuhi Official Secret Act, undang-undang yang melarang kami menceritakan ataupun menulis mengenai hal-hal yang kami lihat atau pelajari.

Setelah itu kami membuntuti Pak Hughes ke sebuah ruangan yang isinya cuma sebuah ranjang di bawah jendela, sebuah meja dan beberapa kursi. Jendela itu bukan cuma diberi terali, tetapi juga diberi kawat.

"Ini bakal menjadi kelas kita seminggu ini. Sebenarnya.kamar ini sel untuk narapidana yang akan menjalani hukuman mati," Hughes menjelaskan. Ngeri juga kami.