Find Us On Social Media :

Siapa Sebenarnya Tionghoa Peranakan?

By Tjahjo Widyasmoro, Selasa, 10 Juli 2018 | 18:03 WIB

Intisari-online.com - Selama ini yang kita tahu, etnis Tionghoa di Indonesia, terbagi dalam dua kelompok: Totok dan Peranakan.

Totok adalah kaum migran (serta keturunannya) yang terus mempertahankan bahasa dan budaya dari tanah leluhur.

Sedangkan Peranakan, mereka yang sudah berasimilasi dengan bahasa dan budaya lokal.

“Pembedaan demikian tidak sepenuhnya keliru, tetapi bermasalah dan tidak memuaskan,” tulis Ariel Heryanto, sosiolog dari Monash University.

BACA JUGA: Pengaruh Barat dalam Masakan Peranakan

Ariel berpendapat, warga Tionghoa di Jawa jauh lebih majemuk ketimbang pembedaan dua kelompok tadi.

Dia bahkan membedakan menjadi lima kelompok berlainan. Mereka dibedakan atas kiblat dan selera budaya.

Setiap kelompok bisa mempunyai lebih dari satu corak budaya, tetapi masing-masing punya satu corak paling dominan.

Pertama, warga Tionghoa di Jawa yang sangat berbaur dengan budaya dan masyarakat setempat. Bahasa dan adat Jawa menjadi bagian utama dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, di kota-kota Jawa dan hingga tahun 1940an, sangat menonjol sosok warga Tionghoa yang hidupnya berkiblat ke Eropa, khususnya Belanda. Sebagian berhasil menjadi sangat ke-eropa-eropa-an.

Ketiga, warga Tionghoa yang memilih berkiblat pada bahasa, budaya, politik atau sejarah Republik Rakyat Tiongkok.

Orang-orang ini lazim disebut Totok.Tetapi tidak sedikit warga non-Totok dalam kelompok peranakan jenis ketiga ini. Keempat, warga etnis Tionghoa yang secara individual maupun kelompok memilih Indonesia sebagai kiblat utama kehidupan dan jatidiri mereka.

Nasionalisme mereka menggebu, bukan semata-mata karena propaganda resmi dari pemerintah, tetapi pilihan sikap politik dan moral dalam kehidupan sehari-hari.