Find Us On Social Media :

Rasa Buah Maja Ternyata Tidak Sepahit Akhir Kisah Majapahit yang Porak-poranda

By Intisari Online, Senin, 9 Juli 2018 | 20:30 WIB

Dibawa bangsa Eropa

Buah yang selama ini kita kenal sebagai maja itu sebetulnya adalah berenuk, kadang dilafalkan brenuk atau bernuk (calabash tree, huingo, krabasi, atau kalebas).

Ada tiga spesies bernuk, yakni Crescentia cujete, Crescentia alata, dan Crescentia portoricensis.

Di Indonesia tumbuh berenuk spesies Crescentia cujete. Ketiga berenuk itu merupakan tanaman asli daerah tropis Benua Amerika, dan bukan tanaman asli Indonesia.

Rombongan berenuk masuk ke negeri kita karena dibawa bangsa Portugis dan Belanda. Jadi logikanya, tidak mungkin tumbuhan ini sudah ada di Jawa pada masa Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Jangan Salah, Peninggalan Majapahit Tak Hanya di Jawa, di Tapanuli pun Ada

Dengan kata lain, kalaupun Raden Wijaya dan anak buahnya saat itu mengklaim menemukan banyak pohon maja, sangat mungkin pohon maja itu bukan berenuk.

Berenuk spesies Crescentia alata berbentuk sama dengan Crescentia cujete, cuma ukuran buahnya saja yang lebih kecil.

Bentuk buahnya memanjang seperti labu air, berwarna hijau tua. Sering dijumpai tumbuh liar di halaman rumah atau kebun, juga sebagai tanaman peneduh jalan atau di taman perkotaan.

Bentuk tanaman, tajuk (percabangan), serta buah yang indah memang membuatnya cocok digunakan sebagai tanaman hias di taman.

Apalagi ketika ia sedang berbuah sangat lebat. Bentuk buahnya yang bulat, warnanya yang hijau segar serta ukurannya yang besar membuat buah ini kelihatan indah.

Ada juga maja asli Indonesia yang disebut bael (Aegle marmelos). Genus Aegle terdiri atas enam spesies: Aegle barteri, Aegle correa, Aegle decandra, Aegle glutinosa, Aegle marmelos, dan Aegle sepiaria.