Penulis
Intisari-Online.com- Selain sebagai pemeran Princess Leia di film Star Wars, Carrie Fisher juga terkenal sebagai penderita gangguan bipolar dan pecandu kokain. Beberapa selebriti lain seperti Demi Lovato juga ternyata mengalami hal serupa. Seolah-olah kokain, depresi dan gangguan bipolar selalu "ditakdirkan" bersama. Kok, bisa? Berikut penjelasannya.
Gangguan bipolar dalam dunia psikologi ditandai dengan perpindahan suasana hati yang ekstrim dari bahagia menjadi sedih. Ketika ia bahagia maka kegembiraan yang dirasakan sangat besar. Ia akan aktif, berlimpah ide, dan mudah tertawa. Namun ketika sedang sedih, ia cenderung murung, putus asa, dan rendah diri.
Perubahaan mood ini akan meningkat ketika ia sedang depresi. Depresi merupakan gangguan mood umum tapi serius. Ia menyebabkan gejala yang parah yang memperangaruhi perasaan, cara berpikir, dan pola sikap. Ketika ia memasuki fase depresi, ia cenderung curiga, gelisah, dan membuat produktivitas menjadi turun. Fase ini sering muncul diantara fase bipolar bahagia dan sedih.
(Kebanyakan Melamun Bisa Meningkatkan Risiko Stres dan Depresi)
Menurut sebuah studi dari Journal of Clinical Psychiatry, orang yang berada dalam fase depresi akan mengalami episode campuran (bahagia dan sedih bersamaan). Penderita akan merasakan energi dan ide yang berlebihan, tidak bisa tidur, agresif tapi disisi lain ia panik dan takut karena tidak bisa menjelaskan ide-ide tersebut. Keadaan inilah yang membuat pikiran negatif meningkat dan kehidupan menjadi kacau balau.
Oleh sebagian orang, terutama bagi mereka yang selalu tampil di depan banyak orang (contoh artis dan pejabat), cara yang bisa dilakukan adalah meminum obat penenang atau antidepresi. Dan salah satu obat yang paling banyak digunakan adalah kokain. Dari data dalam jurnal, 64 sampai 84 persen pengguna kokain adalah mereka yang mengalami depresi. Mereka membutuhkan obat untuk meningkatkan suasana hati dan terhindar dari rasa takut.
(Kecanduan Gula Memiliki Efek yang Sama Dengan Kecanduan Kokain)
Sayangnya, sebagian penderita depresi dan bipolar sering menyalahgunakan obat-obat seperti kokain dan narkoba lainnya. Apalagi British Medical Journal melaporkan hampir sebagian besar obat-obat antidepresi adalah narkoba. Inilah yang mengakibatkan hubungan sosial penderita semakin bermasalah dan jika tidak diatasi cenderung bunuh diri.
Menurut Dr. Ghanshyam Pandey dari University of Illinois, Amerika Serikat, ada sekitar 30.000 orang per tahun yang bunuh diri karena depresi dan menggunakan narkoba. Data ini diperkirakan meningkat 8 kali lipat setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, dari 95% kasus bunuh diri, 10% karena depresi dan 25% karena ketergantungan obat-obatan seperti kokain dan narkoba.