Find Us On Social Media :

HUT Bhayangkara ke-72: Kisah Jenderal Hoegeng yang Bikin 'Panas Pantat' para Gembong dan Pernah Diburu Penculik

By Ade Sulaeman, Minggu, 1 Juli 2018 | 13:54 WIB

Selamat Pak Hoegeng sampai ke Binjai, tapi di sana sempat “dimaki-maki” oleh rekan-rekannya.

Baca juga: Aneh tapi Nyata, Gerombolan Monyet Selamatkan Harimau yang Jatuh ke Dalam Sumur

Sudah berulang kali diperingatkan agar jangan suka keluar rumah sendirian, sebab berbahaya bagi keselamatan dirinya.

“Tapi selalu saja kamu membandel. Sekarang rasain.” Malam itu ia kembali ke Medan dengan diantar oleh satu regu Brimob.

Peristiwa di atas terjadi ketika Pak Hoegeng – waktu itu masih AKBP – menjabat sebagai Kepala Reskrim Kantor Polisi Sumatra Utara di Medan dari permulaan 1956 – 1959.

Kehadirannya di daerah Sumatra Utara ketika itu memanaskan pantat para “gembong” di daerah-daerah itu karena tindakan yang pertama-tama dilakukan Kepala Reskrim ini adalah memberantas perjudian, pemerasan, dan penyelundupan.

Kota pantai Teluknibung masa itu adalah basis smokel yang sangat kukuh. Maka tak heran kalau selama tugasnya di sana Pak Hoegeng dibenci “orang”.

Tak hanya sekali itu Pak Hoegeng terancam jiwanya waktu di Medan.

Sekali akan diculik, bersama beberapa tokoh lain yang “tak disukai di daerah itu”.

Tapi setelah umpet-umpetan selama beberapa jam dengan para penculik itu ia berhasil selamat.

Rumah Pak Hoegeng bukan sebuah gedung besar kokoh berpagar kekar dengan rumah monyet dan seorang penjaga berbedil plus sebuah ruang besar tempat menunggu.

Rumah Panglima AKRI di Jalan Madura no. 8 itu hanya sebuah tempat tinggal mungil dengan pekarangan depan yang kecil tapi rapi terpelihara.