Intisari-Online.com - Karena wujudnya yang tampak keras dan kering, banyak orang memiliki persepsi salah mengenai tulang. Banyak orang tak mengira kalau sebenarnya organ yang satu ini “hidup” dan memiliki dinamika yang sangat aktif untuk menunjang kehidupan.
Sisi paling “hidup” bisa kita lihat dari kemampuan tulang dalam memperbarui sel untuk menggantikan sel-sel usang. Nah, osteoporosis sendiri merupakan penyakit yang menyebabkan tulang kehilangan kemampuan untuk menyerap mineral pembentukan tulang (seperti kalsium). Tak hanya itu saja, penyakit degeneratif ini juga dapat membuat tulang menjadi lambat dalam membentuk sel baru. Alhasil, organ ini pun menjadi rapuh dan rentan patah. Bahkan, bila terkena benturan ringan sekalipun. Sayangnya, usia penderitanya, semakin muda dari hari-ke hari. Jadi, bukannya lansia lagi.
Meskipun tak identik dengan gender, osteoporosis sangat erat dengan perempuan. Terutama mereka yang mengalami penurunan hormon estrogen dan progesteron menjelang masa menopause.
Minum susu saja enggak cukup
Selain masalah hormonal, ada lagi yang menjadi biang keladinya. Seperti minuman beralkohol, rokok, pemakaian obat, malnutrisi, asma, dan lainnya. Namun, salah satu faktor utamanya adalah minimnya waktu untuk berolahraga. Ironis, bukan? Sebab olahraga merupakan cara termudah sekaligus termurah untuk melepaskan diri dari ancaman osteoporosis.
Menurut Rachel Lorkin, konsultan fitnes terkenal dari Australia, orang yang rutin melakukan olah beban mampu menurunkan risiko tulang keropos secara signifikan. Hal senada juga diungkapkan oleh Kendra Kaye Zuckerman, Direktur Program Osteoporosis di Philadelphia. Katanya, tulang ibarat spons yang harus sering diremas agar mudah menyerap air. Dengan konsisten menstimulasi tulang mampu membuatnya menghimpun kalsium lebih baik. Lalu, bagaimana caranya? Tak lain adalah dengan olah beban dan rutin menggerakan tubuh.
Sayangnya, cara ini sering tinggalkan banyak orang. Untuk menyiasati defisit kalsium tadi, banyak orang minum susu berkalsium tinggi sebagai alternatifnya. Padahal, menurut Linda Sparrow, sekaligus penulis Yoga For Healthy Bones, upaya itu hanya sia-sia. Apa pasal? Sebab tulang yang pasif tak akan maksimal untuk menyerap kalsium. Alih-alih ingin menguatkan tulang, pasokan kalsium dari susu yang berlebihan hanya menjadi residu yang menumpuk di berbagai tempat dan menimbulkan perkara baru. Artisis, pembuluh darah arteri (gangguan jantung), atau ginjal (batu ginjal), misalnya. Jadi, ingat minum susu saja tidak cukup untuk mencegah osteoporosis. Tips Mencegah Osteoporosis sejak Dini
Bukan hanya angkat beban, tapi juga beban tubuh
Tak semua olahraga cocok untuk mengatasi osteoporosis. Olahraga jenis high impact, seperti aerobik atau pun lari di atas treadmill, merupakan contoh olahraga yang kurang cocok. Meskipun bisa membuat tulang menjadi aktif bergerak, tapi beban berlipat yang dihasilkan akibat benturan dengan permukaan tanah bisa menimbulkan masalah baru di bagian lain. Contohnya, sendi yang kerjanya secara integral dengan tulang.
Jadi, pilih olahraga apa? Pilihlah olahraga beban dengan memanfaatkan alat bantu sederhana. Seperti dumbell atau barbel ringan. Gerakannya sederhana saja, sesuai arah alamiah sendi serta otot. Sebab gerakan seperti itu sudah cukup untuk menstimulasi tulang. Terutama bagi lansia.
Selain angkat beban, ada lagi yang lebih baik. Yaitu olahfisik yang memanfaatkan beban tubuh sebagai aktivitas utama. Nah, yoga serta pilates merupakan contoh yang ideal. Yoga memanfaatkan beban tubuh dengan cara meregangkan seluruh bagaiannya secara bergantian dan merata. Sedangkan pilates, menggerakan secara repetitif bagian tertentu menggunakan alat bantu.
Nah, apabila keduanya dilakukan dengan benar, yoga dan pilates menjadi metode yang lebih efektif dan aman bagi tulang. Hebanya lagi, kedua aktivitas ini juga menyehatkan sistem pernapasan serta kardiovaskular. Mengagumkan, bukan?
Yuk, luangkan waktu untuk berolahraga demi tulang yang sehat dan kuat!