Penulis
Intisari-Online.com – Sejak masih kecil, Mimi tak pernah senang sekolah. Ia benci pelajarannya, guru-gurunya, dan teman-temannya. Tak ada satu hal pun yang ia sukai tentang sekolah. Namun. Setelah ia besar, ia baru menyadari bahwa ada seorang guru yang telah berjasa besar di hidupnya.
Waktu duduk di kelas enam SD, Mimi punya seorang guru bernama Bu Dini. Ia selalu sabar menghadapi Mimi yang sering marah, tidak mau mengerjakan PR, dan sering membolos ekstrakurikuler. Bu Dini selalu menanyai dengan sabar mengapa Mimi berlaku seperti itu. Lambat laun, Mimi memang menjadi lebih menurut.
Ketika nilai-nilainya jelek, Bu Dini tak keberatan menunggui Mimi pulang sekolah. Ia kemudian mau menjelaskan pelajaran yang tidak ia pahami. Bu Dini juga selalu membela Mimi bila ia diejek oleh teman-teman yang dibencinya.
Akhirnya dengan nilai yang pas-pasan, Mimi bisa lulus. Waktu itu Bu Dini menangis terharu. Ternyata anak didiknya yang bandel bisa lulus juga!
Waktu berlalu dan Mimi mulai melupakan Bu Dini. Sejak SMP ia pindah kota dan ia bisa bersekolah dengan baik. Teman-teman di sekolah barunya menyenangkan sehingga ia bisa belajar dengan baik.
Jika dikenang sekarang, Mimi baru sadar bahwa Bu Dini memiliki jasa besar dalam hidupnya. Jika tidak ada dia, mungkin Mimi tak akan pernah bisa lulus SD dan sukses belajar hingga sekarang.
Ia juga sadar sangat beruntung pernah dididik Bu Dini. Dia guru langka yang tak hanya mengajarkan ilmu, tapi bisa memahami setiap kondisi muridnya dan memberikan terapi yang baik. Sehingga, murid-muridnya menuju ke arah yang baik pula, seperti dirinya.