Find Us On Social Media :

Turki Rekrut 8 Ribu Wanita Muda untuk Digembleng Menjadi Pasukan Komando yang Siap Pertahankan Negara, Ini Tujuannya

By Agustinus Winardi, Jumat, 29 Juni 2018 | 18:00 WIB

Intisari-Online.com - Secara keamanan Turki selama ini sering mengalami kesulitan untuk menangani aksi-aksi ‘teroris’ yang sering muncul di wilayah perbatasan antara Turki-Irak-Suriah.

Di perbatasan Suriah, pasukan Turki sering mengalami celaka ketika terlibat bentrok dengan pasukan militan ISIS yang sedang berusaha melarikan diri dari Suriah.

Sedangkan di perbatasan Irak, pasukan Turki sering telibat bentrokan dengan para gerilyawan pasukan Kurdi (PKK).

Oleh pemerintah Turki, gerilyawan Kurdi dianggap sebagai teroris dan pasukan pemberontak.

Pasalnya warga Kurdi  ingin mendirikan negara di perbatasan Turki-Irak, dan wilayah yang diduduki suku Kurdi itu ternyata diklaim sebagai wilayah Turki.

Baca juga: Menang Pemilu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Janjikan Untuk Membebaskan Suriah

Militer Turki sering merasa tidak enak ketika harus bertempur melawan gerilyawan Kurdi yang dikenal sebagai Phesmerga karena banyaknya wanita Kurdi yang ikut bertempur.

Untuk menghadapi pasukan gerilya wanita Kurdi, pemerintah Turki kemudian merekrut sekitar 8.000 prajurit wanita untuk digembeng menjadi pasukan komando.

Pasukan komando wanita Turki yang dinamai Gendarmerie Command agar memiliki kualifikasi pasukan tempur yang pantang menyerah dan digembleng selayaknya prajurit laki-laki.

Persyaratan utama untuk menjadi anggota Gendarmerie Command adalah wanita dengan usia maksimal 26 tahun, tingi minimal 124 cm, tidak memiliki catatan kriminal, dan sehat jasmani serta rohani.

Setelah lulus pendidikan sekolah komando dengan materi kemampuan menguasai pertempuran di darat, laut, udara, antiteror, dan lainnya pasukan Gendarmerie Command bertugas untuk mengamankan perbatasan Turki, serta siap bertempur di garis depan.

Baca juga: Gigih Menentang AS dan Ancam Akan Menyerang Israel, Presiden Turki Erdogan Sukses Menangkan Pemilu

Turki sebenarnya menginginkan para personel  Gendarmerie Command mengedepankan pendekatan ‘kawanitaan’ ketika harus berhadapan para gerilyawan wanita Kurdi dan bukan langsung saling baku tembak.

Melalui interaksi sebagai sesama wanita itu, maka pemerintah Turki juga berharap bahwa aksi-aksi bersenjata yang kerap dilancarkan gerilayawan Kurdi makin berkurang.