Tapi setelah kapal-kapal perang Sekutu berlayar dalam formasi tertentu pesawat-pesawat kamikaze banyak yang rontok akibat dihantam meriam penangkis serangan udara yang ditembakkan sejumlah kapal secara serentak.
Namun demikian sejumlah pesawat Kamikaze tetap bisa lolos dari sergapan meriam penangkis serangan udara dan berhasil menghantam sasarannya.
Salah satu pesawat kamikaze bahkan berhasil menabrakkan dirinya ke kapal perang USS Missouri pada April tapi untungnya USS Missouri hanya mengalami kerusakan ringan.
Setelah memadamkan api, para awak kapal USS Missouri yang dikomandani oleh Kapten William Callaghan lalu mengerumuni rongsokkan pesawat dan mayat pilot kamikaze yang ternyata masih berumur remaja.
Biasanya rongsokkan pesawat dan pilotnya akan langsung ditenggelamkan ke laut dengan traktor tanpa ada proses identifikasi sama sekali.
Tapi atas perintah Kapten Callaghan mayat pilot yang sudah tidak utuh itu diperintahkan dimasukkan ke dalam peti dan dilakukan upacara penghormatan secara militer sebelum dikuburkan di lautan.
Perintah Kapten Callaghan yang dianggap aneh itu sempat diprotes para anak buahnya.
Namun setelah Kapten Callaghan memberi tahu bahwa mayat pasukan musuh yang gugur karena membela negaranya harus dihormati dan dimakamkan secara terhormat sesuai Konvesi Jeneva, semua anak buahnya akhirnya menurut.
Upacara militer untuk memakamkan jenasah pilot Kamikaze pun dilakukan dengan penuh hormat dan peristiwa langka itu ternyata diketahui oleh pemerintah Jepang.
Maka ketika Jepang secara resmi menyatakan menyerah kepada Sekutu pada 2 September 1945, kapal USS Missouri yang pernah digunakan untuk memakamkan jenasah pilot Kamikaze dipakai untuk melaksanakan upacara penyerahan Jepang.
Sekutu sengaja menggunakan USS Missouri sebagai simbol perdamaian dan Jepang sendiri sangat menghormati USS Missouri karena telah memperlakukan pilot kamikaze yang gugur secara layak.