Find Us On Social Media :

Mengenal Gejala Hipotermia yang Dialami Pendaki Wanita yang Selamat Berkat Dipeluk Pendaki Lain yang Tak Dikenalnya

By Ade Sulaeman, Jumat, 22 Juni 2018 | 11:30 WIB

Intisari-Online.com - Foto seorang pendaki mengalami hipotermia beredar luas di media sosial.

Wanita yang tak diungkap identitasnya ini mengalami hipotermia ketika sedang mendaki Gunung Ciremai, Majalengka, Jawa Barat.

Foto yang beredar wanita itu mengenakan jilbab warna hijau muda.

Ia ditemukan pendaki lain terbaring tak berdaya.

Baca juga: 5 Eksekusi Mati Paling Kejam dalam Sejarah: Siksaan Berlangsung Lama dan Sangat Menyakitkan

Pendaki lain yang menemukan wanita ini lalu memeluk erat wanita tersebut.

Pendaki penolong ini mengenakan pakain warna merah.

Dalam dua foto yang beredar sosok itu berupaya menghangatkan dan menyelamatkan nyawa wanita tersebut.

Wanita ini diketahui ditinggal rombongannya berjumlah 12 orang pergi ke puncak.

Baca juga: Jimat Berumur 1.000 Tahun Ditemukan di Yerusalem, Tulisan di Atasnya Menggetarkan Hati

Wanita ini tak melanjutkan pendakian karena merasa tak mampu.

Foto itu beredar luas di media sosial setelah diunggah akun Instagram @makassar_iinfo pada Kamis (21/6/2018).

"Pendaki wanita ini terkena Hypo karena ditinggal teman-temannya summit ke Puncak. Beruntung ia mendapat pertolongan dari pendaki lain yang kebetulan lewat. Padahal jumlah rombongan 12 orang termasuk pendaki wanita yang terkena hypo. Si penolong rela tidak muncak demi membantu korban hypo. Semoga bisa menjadi pelajaran dan tak terulang lagi." keterangan foto tersebut.

Baca juga: Kapal Tenggelam di Danau Toba, Begini Cara Mudah Mengambang di Atas Air Seperti Daun

Gejala Hipotermia

Banyaknya kejadian hipotermia seolah tidak dijadikan pelajaran bagi para pendaki gunung.

Para pendaki kerap salah mengidentifikasi gejala hipotermia, yang berakibat kesalahan pada penanganannya.

Dikutip dari buku Mountaineering-The Freedom of the Hills karangan Edelstein, Li, Silverberg, dan Decker (2009), hipotermia adalah suatu kondisi ketika mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.

Biasanya, suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C (95°F). Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C.

Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh (Fauci, 2008).

Dalam buku yang mahsyur di kalangan pendaki tersebut, hipotermia masuk dalam kategori exposure, yaitu kelelahan fisik yang disebabkan oleh keadaan alam atau lingkungan.

Anggota Senior Mountaineering Wanadri, Djukardi ‘Adriana’ Bongkeng, mengatakan selain karena minimnya perencanaan dan persiapan pendakian, banyak pendaki pemula minim pengetahuan terkait hal-hal non teknis seperti hipotermia.

“Hipotermia biasa terjadi pada keadaan basah dan berangin di tempat yang dingin, medan yang ditempuh tidak terlalu menentukan, justru persiapan kita yang menentukan,” tutur Djukardi ‘Adriana’ Bongkeng, saat dihubungi KompasTravel, Selasa (16/5/2018).Ia mengatakan hipotermia terbagi ke dalam beberapa fase atau stadium. Gejalanya mulai dari pusing, menggigil, hingga halusinasi seperti kesurupan.

Meski berawal dari gejala ringan, penyakit ini banyak menyebabkan kematian. Simak gejalanya berikut ini.

Stadium Ringan

Terjadi penyempitan pembuluh darah pada permukaan kulit pendaki. Ia akan merasa kedinginan dengan merinding hebat beberapa kali, kemudian semakin sering.

“Mulai terasa pusing di awal, ini juga gejala hipotermia,” ujar pria “kepala lima” yang kerap dipanggil Kang Bongkeng oleh para pendaki.

Stadium Sedang

Setelah mengalami gejala stadium ringan, pendaki akan mulai sulit melakukan gerak tubuh, yang rumit seperti mencengkeram, atau memanjat. Meskipun si pendaki masih bisa berjalan dan berbicara normal.

Stadium Berat

Beranjak lagi ke stadium terakhir, pendaki akan merinding makin hebat, datang bergelombang, dan tiba-tiba berhenti.

Makin lama ,fase berhenti merinding semakin panjang. Hingga akhirnya benar-benar berhenti.

“Hal ini disebabkan glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun. Akibatnya, tubuh berhenti merinding untuk menjaga glukosa (bahan energi),” begitu kutipan dari buku Panduan Mapala UI 2012.

Pendaki kemudian akan merasa sangat lemas, sampai jatuh dan tak bisa berjalan atau melangkah, kemudian meringkuk untuk menjaga panas tubuhnya.Otot pendaki mulai kaku, Ini terjadi akibat aliran darah ke permukaan berkurang dan disebabkan oleh pembentukan asam laktat dan karbondioksida di dalam otot.

Ciri lainnya yang terlihat ialah kulit mulai pucat, bola mata tampak membesar, dan denyut nadi terasa menurun.

“Batasnya di suhu 30 derajat celcius, masuk fase penghentian metabolisme. Korban tampak seperti mati, padahal sebetulnya masih hidup. Ataupun tiba-tiba halusinasi seperti kesurupan, ini yang banyak salah persepsi,” jelas Bongkeng.

Pada suhu internal 32 derajat celcius, tubuh berusaha memasuki fase hibernasi. Menghentikan seluruh aliran darah permukaan dan mengurangi aktivitas jantung.

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Ditinggal Rombongan ke Puncak, Wanita Ini Alami Hipotermia, Beruntung Datang Sosok yang Memeluknya dan kompas.com dengan judul "Jangan Gegabah, Kenali Gejala Hipotermia Sebelum Mendaki Gunung".

Baca juga: Membohongi Dunia, 8 Propaganda Korea Utara Ini Diketahui Hasil Photoshop