Find Us On Social Media :

Ini Dia, Penjelasan Ilmiah Mengenai Tiga Mitos Nutrisi di Gym yang Masih Saja Dipercaya

By Ilham Pradipta M., Kamis, 8 Desember 2016 | 15:02 WIB

Mitos Nutrisi di Gym yang Masih Saja Dipercaya

Intisari-Online.com -  Ruang ganti di gym merupakan tempat kita bercengkrama dan  bertukar informasi dengan sesama anggota. Sayangnya, tak semua masukan yang kita dengar di situ terjamin kebenarannya. Tak sedikit pula orang yang menerima mentah-mentah masukan tersebut.  Padahal, informasi itu hanya berasal dari mulut ke mulut tanpa dasar riset yang jelas. Yuk, kenali mitos nutrisi yang sering membuat banyak orang terjebak.

1. Yang penting Diet Kalori 

Dasar pemikiran mitos nutrisi ini seperti rumus sederhana: Bakar kalori lebih banyak ketimbang yang masuk. Anggota pemula yang terpengaruh kata-kata trainer tanpa latar belakang pendidikan nutrisi pun mudah terjebak dalam diet membatasi kalori yang menyiksa.

Tak jarang mereka selama berbulan-bulan menjalani hidup bak narapidana yang makanannya dibatasi. Apa yang terjadi kemudian? Alih-alih mendapatkan badan yang langsing, justru terus merasa kelapran yang didapat tanpa hasil yang diharapkan.

Menurut pakar gizi dunia, Katryn Marsden, menjalani diet kalori secara berlebihan tak akan pernah memberikan hasil positif. Efek yang timbuk justru malah merugikan. Seperti munculnya rasa craving, yaitu rasa lapar berkepanjangan yang membuat kita ingin “membalas dendam”, sehingga sulit kembali ke jalur semula. Nah, hal inilah yang membuat orang kurus sesaat, tapi kembali membesar tanpa kendali.

Selain itu, diet kalori sembarangan tak akan berhasil bagi mereka yang kelenjar tiroidnya kurang sempurna. Jadi, sekeras apapun ia membatasi asupan kalori, kelenjar yang fungsinya mengatur metabolisme itu tak akan berkerja normal. Alhasil, berat badannya selalu kacau hingga akhirnya tubuh menyerah. Bahkan, organ dan fungsi vital lainnya pun bisa rusak permanen. Mengerikan, bukan? Makanya, akan lebih baik bila kita mempelajari ilmu gizi secara benar dengan berkonsultasi pada ahlinya.

2. Yang penting protein 

Protein memang sangat dibutuhkan untuk membangun blok sel tubuh. Nah, inilah sebabnya banyak saran berseliweran yang sering kita dengar untuk “Makan protein banyak-banyak, supaya otot cepat jadi!”. Alhasil, banyak anggota gym yang kemudian memperbanyak asupan protein (hewani). Bahkan, ada juga yang mengesampingkan bahan makanan lainya. Terutama yang mengandung karbohidrat, seperti sayuran dan buah segar.

Selidik punya selidik, sebenarnya tindakan ini sangat merugikan, loh. Sebab konsumsi protein tinggi di ambang batas kebutuhan bisa menimbulkan beban yang berat bagi metabolisme. Selain itu, banyak juga orang yang mengurangi porsi sayuran dan buah sehingga tubuh kehilangan sumber vitamin C. Walhasil, dinding pembuluh darah menjadi sangat tipis.

Nah, dalam mengatasi hal ini otak akan memerintahkan tubuh untuk melapisi dinding tersebut denga subtansi lemak lengket. Nah, lemak lengket itulah yang kebetulan banyak didapat dari konsumsi protein hewani yang di konsumsi sembarangan. Kalau sudah begitu, dinding pembuluh darah jadi sempit dan peredaran darah pun bisa terganggu dalam jangka panjang.

Menurut Mat Roberts, personal trainer kenamaan dunia, setiap orang yang berlatih di gym secara rutin (bukan untuk kompetisi), hanya membutuhkan 1,4 gram protein per kilogram berat badan, untuk memenuhi syarat pembentukan otot maksimal. Misal berat badan seseorang 70 kg (bukan dalam keadaan obesitas), jadi kebutuhan proteinnya sebanyak 98 gram. Itupun sebaiknya dipenuhi dari 3-5 porsi makanan harian dengan sumber protein yang bermacam-macam. Bukannya hanya bergantung pada satu jenis saja. Telur: Sumber Protein, Sumber Salmonella