Penulis
Intisari-Online.com – Lewis Gannett, seorang wartawan Amerika pernah menulis di dalam New York Herald Tribune:
“Hitler tampak kecil kalau dibandingkan dengan Napoleon."
"Dan Napoleon, Caesar serta Iskandar Zulkarnain tampak pula kecil apabila dibandingkan dengan Genghis Khan serta pengganti-penggantinya, orang-orang Asia yang berkuda.”
Hitler yang membanggakan diri sebagai seorang zeni militer, menjiplak siasat Genghis Khan. Bermalam-malam ia membaca buku Harold Lamb tentang penakluk Asia itu yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Joachim Barckhausen.
Hitler hanya lebih tajam daripada jenderal-jenderal negara lain karena ia melihat lebih dulu bahwa siasatGenghis Khan dapat dipergunakan untuk menaklukkan dunia.
Guru Hitler itu sewaktu kecil namanya Temujin. Lahir pada tahun 1162 dari orangtua miskin di padang rumput Asia Tengah.
“Kita pada waktu itu tidak mempunyai apa-apa selain bayangan kita sendiri. Kita tak punya sahabat atau teman. Kita tidak mempunyai cambuk, selain ekornya kuda,” demikian kata ibunya.
Baca juga: Siapa Sangka, Kebanyakan Koleksi Lukisan Impian Hitler Ternyata Tiruan
Tetapi kepada Temujin selalu dikatakannya, “Kita ini bukan orang sembarangan. Kita turunan bangsa Borjigun, maha lelaki dari padang rumput di zaman purba. Suaranya seperti guntur di gunung-gunung."
"Tangannya kuat seperti kaki beruang, bisa mematahkan badan manusia yang ditekuk menjadi dua, semudah mematahkan anak panah."
"Di musim es mereka tidur telanjang di dekat api dari pohon-pohon besar yang dibakar dan percikan-percikan api yang jatuh di badannya dianggap sebagai gigitan semut.”
Kisah ibunya menggetarkan jiwa Temujin “Tukang besi yang sedang menempa besi”. Sesuai dengan arti namanya, Temujin berwatak keras.
Ayahnya meninggal diracun orang sewaktu ia masih anak-anak.
Kini ia harus mencari makan sendiri. Berburu marmot dan tikus, bahkan menangkap ikan di sungai, meskipun pekerjaan itu dianggap hina oleh suku bangsanya.
Saudara tirinya pernah mencuri ikan hasil tangkapannya. Temujin gusar, saudaranya dihantam, disuruh berlutut di tanah, akhirnya dibunuh.
Pada 1206 ia baru menaklukkan Karakorum, akan tetapi 21 tahun kemudian kerajaannya meliputi Tiongkok, Asia Tengah, Asia Barat membentang dari laut Pasifik di Timur sampai ke Laut Kaspia di Barat.
Tepian sungai Djnepr di Rusia pun pernah digetarkan oleh telapak kudaGenghis Khan. (Ia berganti nama itu atas anjuran seorang ahli nujum. Artinya: Mahakuasa).
Daerah-daerah itu ia taklukkan dengan serangan-serangan kilat yang kemudian disebut “Blitzkrieg”.
Sebelum serangan kilat dilancarkan ia melemahkan kekuatan musuh dengan lima macam siasat. Ia selidiki sumber kekuatan lawan dengan mengirimkan mata-mata.
Kemudian ia patahkan moril musuh dengan menyebarkan berita di kalangan mereka, bahwa perlawanan akan sia-sia belaka.
Pasukan Jengis Khan lebih besar, lebih lengkap persenjataannya, lebih berpengalaman.
Tenaga musuh dihancurkan dari dalam oleh mata-mata dan pengkhianat-pengkhianat. Musuh dikelabui tentang sifat serangan yang hendak dilancarkan.
Kelima siasat itu berikut serangan Blitzkrieg diambil oleh Hitler.
Baca juga: Berakhirnya Dinasti Krupp Produsen Senjata Kaiser Wilhelm I, II, dan Hitler
Oleh rakyatnya kemudian ia diberi gelar “Bogdo” yang berarti dewa dari angkasa. Ciri mutlak bagi seorang zeni adalah keaslian. Ciri itu ada pada Genghis Khan, maha imperalis Asia itu. Tetapi tak terdapat pada Hitler karena itu Hitler bukanlah seorang zeni.
Mengapa orang mengagumi Hitler seakan-akan tak ada tandingannya dalam sejarah?
Karena orang tidak suka mempelajari sejarah. Dengan belajar sejarah orang dapat membandingkan kualitas tokoh-tokoh sejarah. Penilaian yang diberikan menjadi lebih tepat.
Bung Karno mengakhiri karangannya dengan langsung menegur Hitler: “Bangsa Asia yang tuan hina dalam tuan punya buku Mein Kampf itu telah mendahului tuan lebih dari tujuh ratus tahun yang lalu.”
(Disarikan dari tulisan Bung Karno “Djengis Khan Maha Imperialis Asia” dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi jilid )
Baca juga: Fuhrer Bunker, Tempat Hitler dan Eva Braun Menikah Lalu Bunuh Diri