Penulis
Intisari-Online.com - Beberapa tahun belakangan bisnis truk kuliner (food truck) makin menggiurkan, Wajar, kini mulai berkembang bisnis truk kuliner di kota-kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta.
"Per hari (omzet) rata-rata masih di bawah Rp 5 juta, tapi kalau sedang ada event bisa di atas Rp 5 juta," ujar Anglia Auwines, pemilik Jakarta Food Truck, seperti dikutip Kompas.com, Senin (2/3/2015).
Meski lumayan menguntungkan, modal yang dibutuhkan untuk membuka bisnis ini ternyata tidaklah sedikit. Pengalaman Supervisor The Roffie Food Truck, Endang Nugraha, menunjukkan, modal untuk membuat food truck mencapai sekitar Rp 560 juta.
"Habis kira-kira Rp 130 juta untuk (beli) mobil dan Rp 430 juta buat karoseri (modifikasi mobil)," ucap Endang, dilansir dari sumber sama.
Modifikasi dilakukan pada bagian bodi luar dan interior mobil. Sisi samping mobil, misalnya, diberi jendela besar. Pelanggan pun dapat melihat ke dalam dapur dari jendela tersebut dan menyaksikan proses pembuatan makanan.
Di atas jendela itu biasanya juga dipasang semacam atap atau kanopi agar pembeli tidak kepanasan. Sementara itu, bagian dalam kendaraan dipasangi peralatan dapur. Perlengkapan ini umumnya disesuaikan dengan jenis makanan yang dijual.
Tak hanya modifikasi kendaraan, hal lain yang perlu diperhitungkan adalah pengeluaran operasional. Menurut pemilik majalah Mobile Cuisine, Richard Myrick, biaya operasional food truck sebenarnya hampir sama seperti restoran.
"Pemilik food truck perlu menyiapkan dana untuk membeli bahan makanan atau minuman, serta menggaji karyawan," ujar Myrick, seperti dikutip mobilecuisine.com, Minggu (4/10/2015).
Namun, lanjut Myrick, pemilik food truck perlu menyediakan uang untuk bensin dan perawatan mobil, karena "mobil kedai" ini selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Metode penjualan ini berbeda dengan restoran yang memiliki tempat tetap.
Modal fleksibel
Sebenarnya, modal bisnis food truck bisa disesuaikan dengan keadaan “kantong”. Salah satu bentuk pengurangan modal yang bisa dilakukan adalah memilih kendaraan berukuran lebih kecil, seperti mobil pikap.
Harga mobil pikap umumnya berkisar antara Rp 90 juta-Rp 100 juta. Mobil ini cocok untuk usaha kuliner yang menggunakan peralatan produksi tidak terlalu banyak seperti bisnis kopi, kebab, atau crepes.
Bicara modifikasi, biaya untuk merancang mobil pikap juga lebih "ramah" di kantong. Menurut Managing Director Delimajaya Carroserie Industry, Winston Wiyanta, seperti dilansir dari peluangusaha.kontan.co.id pada Rabu (6/5/2015), modifikasi mobil pikap ukuran kecil biasanya dikenakan harga antara Rp 225 juta-Rp 325 juta.
Tak hanya dalam segi biaya, mobil pikap juga memiliki keuntungan lain. Mobil ini lincah melewati jalan-jalan kecil karena berukuran mungil.
Selain itu, mobil pikap biasanya memiliki jangkauan putar yang efisien sehingga tidak mengalami kesulitan ketika harus belok atau memutar. Mobil pikap Daihatsu Hi-Max, contohnya, memiliki jangkauan putar hingga 4 meter.
"Pick up ini jagoan jalan sempit. Cocok digunakan di Indonesia," ujar Kazutoshi Sakamoto, Chief Engineer Daihatsu Motor Corporation, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (17/11/2016).
Lebih dari itu, mobil pikap tersebut juga memiliki teknologi mesin yang masuk kategori low cost green car sehingga irit bahan bakar. Setiap liter pemakaian bensinnya dapat menempuh jarak 13,5 kilometer.
Karena ukuran mobil pikap yang langsing, ditambah dengan iritnya bahan bakar, mobilitas food truck dapat menjadi lebih luas dan fleksibel. Peluang mendapat untung pun menjadi semakin besar.
Nah, selagi tren food truck masih berkembang di Indonesia, sebaiknya mulai rencanakan bisnis dengan matang dan persiapkan modal sesuai kondisi “kantong”. Berani mencoba?