Penulis
Intisari-Online.com – Diana ingin berduaan dengan James dalam suasana khas, tanpa diramaikan kegiatan lain di istal, lalu-lalang para pengawal, dan perhatian para instruktur.
Maka dirancanglah makan malam di tempat tinggalnya, Istana Kensington.
James menyambut dengan suka cita. Setelah seharian disibukkan dengan tugas rutin dan kewajiban mengurus istal, sore harinya ia persiapkan dengan penuh semangat.
Diana pun diliputi rasa yang sama. Ia berdandan, memesan menu khusus kepada juru masak, sambil tak sabar menanti malam tiba. Sudah sangat lama ia, termasuk 5 tahun masa perkawinannya, tak mengalami kerisauan seperti itu.
Tiap kali ia melihat jarum jam, waktu kedatangan James terasa makin mundur. Sore terasa merayap begitu lambat.
Baca juga: Bagai Rumah Sakit Jiwa, Itu Kisah Putri Diana Saat Tinggal di Istana
Akhirnya, Kapten James Hewitt tiba dengan Renault birunya. Sang Putri menyambut di tangga, kemudian mengajaknya masuk ruangan. Diana mengambil sebotol sampanye, memberikannya kepada James untuk dituangkan ke dalam gelas.
"Saya tak pernah minum. Tapi khusus untuk sore ini, saya akan minum 1 gelas," kata Diana.
Keduanya duduk bersebelahan di atas sofa. Saling bercerita banyak hal, mulai dari acara televisi yang menayangkan rumah tangga Diana - Charles, sampai hal-hal yang lebih pribadi.
Makin dekat dan makin akrab, disertai sentuhan-sentuhan ringan. James tak cuma mendapati kuku jari tangan sang Putri yang rusak karena biasa digigit-gigit, tetapi juga segenap perasaan dan rasa suka telah menemukan pria tempat berbagi cerita.
Betapapun Hewitt masih menganggap ada pembatas antara dia dengan Diana. Rasa suka dan kagum masih berbaur dengan rasa kasihan, heran, dan tak habis mengerti kenapa wanita seindah itu dicampakkan suaminya.
Baca juga: Tak Seperti Putri Diana-Charles yang Penuh Kepedihan, Kisah Cinta Kate-William Amat Romantis!
Pelayan mengetuk pintu ruangan, mempersilakan keduanya untuk segera ke meja makan. Meja oval dengan 12 kursi memang terlalu besar bagi keduanya. Apalagi Diana memerintahkan para pelayan untuk pergi, karena ia ingin melayani James sendirian.
Dua kontras bertemu. Sang Putri hanya sedikit makan dan pilih-pilih, sementara James tanpa sungkan menunjukkan kerakusannya. Justru itulah yang membikin Diana makin suka.
Perbihcangan berlanjut seusai makan dan keduanya kembali ke ruang tamu buat menikmati kopi. Kali ini makin terfokus ke rasa suka, rasa cinta, dan astaga! Gejolak asmara.
James harus melalui transisi dari keberadaan sebagai sahabat yang penuh cinta menjadi pencinta yang penuh persahabatan dan itu hal yang sulit bagi dia.
Maka yang ia lakukan adalah mencoba mengikuti ke mana arah kemauan Diana, sembari berharap-harap cemas agar terkaannya benar. Barangkali yang dikehendaki Diana bukan hanya sentuhan penuh kasih sayang dan dekapan penuh perlindungan.
Diana merangkulkan tangan James ke belakang lehernya, menatapnya dengan pandangan tajam. James makin yakin, Diana menghendaki segala-galanya. Dengan penuh kelembutan, dengan sangat romantis, diciumnya sang Putri. Untuk sesaat, keduanya bungkam.
Diana menangis. Ia tak mengerti akan perasaannya. Apakah itu puncak dari kekecewaannya terhadap Pangeran Charles, atau apakah ia mengkhianati janji perkawinan.
Yang pasti, ia kini berada di dekapan seorang pria yang tepat untuk dicintai. Ia mendapatkan seseorang yang layak dibagi hasrat dan gejolak kewanitaannya. Dengan keberanian besar ia berdiri, dan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ia menggandeng James menuju kamar tidurnya.
James tahu, kini bukan waktunya untuk mundur. Tanpa bertanya perihal air mata Diana yang terus menetes, ia memberi dekapan termesra yang pernah dirasakan Diana. Keduanya menyatu. Diana menjadi bagian James, dan James menjadi bagian Diana.
James meyakinkan hatinya, sampai kapan pun ia bisa membantu, sampai kapan pun ia dibutuhkan, dan sampai kapan pun ia bisa berbagi dengan sang Putri, ia akan selalu di sisinya. Apa pun risikonya.
Kamar dengan 2 tempat tidur besar, yang tak pernah lagi ditinggali Pangeran Charles sejak berpisah dari istrinya, itu menjadi saksi cinta sejati antara Diana dan James. Hiasan dan dekorasi yang megah, berbaur dengan aroma wewangian mahal.
Banyak foto Diana, William, dan Harry berbingkai indah, tanpa satu pun foto Charles. Ada juga beberapa boneka dan mainan - bukti bahwa Diana tak pernah lepas dari sebagian masa kecilnya. (Mayong Suryo Laksono – Intisari Februari 1996)