Advertorial
Intisari-Online.com – Suatu perjuangan, yang dimulai pada bulan Februari 1981, sehari setelah pertunangannya.
Tiba-tiba saja Diana yang periang itu dipisahkan lalu merasa seperti dimasukkan ke dalam kandang emas, dengan pengawasan ketat oleh Ratu Elizabeth sendiri beserta petugas yang galak dan keras.
Siang-malam mereka menggurui si gadis, bagaimana layaknya bersikap sebagai anggota keluarga kerajaan.
Diana tidak boleh berbicara apa pun, kalau Charles sedang bicara. Dia tidak boleh menjawab, bila ditanya seorang warga negara. Dia tidak boleh pergi belanja begitu saja menuruti keinginannya.
la juga tidak boleh masuk ke dapur istana, kalau lagi ingin makan apel. Karena untuk itu dia punya pembantu.
Dengan wajah kaku, ratu selalu menuntun Diana sampai di depan salah satu pintu istana dan berkata, "Sampai di sini. Di rumah ini, kamu hanya bisa sampai di sini saja, tidak boleh terus."
Bahkan untuk menutupi wajah putri yang cepat menjadi merah, ahli rias wajah istana harus bekerja keras.
Rias wajah Diana harus dicampur dengan bedak bubuk warna hijau. Akibatnya, wajah Diana malah berkesan pucat, walau rona merah memang tidak begitu tampak lagi. Di istana mau tidak mau diadakan kursus kilat.
Sampai musim panas tahun itu, yaitu sampai hari perkawinannya, si gadis harus membiasakan diri dengan semua yang sudah diajarkan itu.
Pernah ketika mengunjungi sebuah daerah emigrasi, tanpa ekspresi dia berdiri di sebelah Charles, sambil matanya memandang ke bawah atau dengan mata berkaca-kaca melihat ke atas atau ke bawah. Seakan-akan Di yang pemalu ingin dikasihani.
Perubahan suasana itu sudah sampai pada tingkat yang parah. Sering kali sepanjang malam, dengan walkman-nya diam-diam Diana menikmati musik Duran-Duran di koridor istana yang gelap.
Kadang dia berputar-putar selama berjam-jam dengan Ford Escort di sekitar London, dengan kecepatan tinggi sambil menikmati siaran radio yang diputar keras-keras.
Menurut laporan dua petugas yang pernah menahan Diana, pikiran si pengemudi sedang kacau. Setiap hari, Diana sepertinya mengalami mimpi buruk yang makin parah.
Padahal, beberapa minggu sebelumnya dia bisa mengobrol dengan teman-teman wanitanya di sebuah kafe di Sloane Square, London. Tapi sekarang, dia berada di tengah keluarga terhormat di dunia yang sekelilingnya begitu tenang.
Baca juga: Dari Putri Diana hingga Michael Jackson, Begini Rupa 4 Tokoh Terkenal Jika Masih Hidup Saat ini
Diana bingung melihat semua itu, apa dia tidak keliru masuk ke situ?
Yang mulia, ratu, yang setiap kali tanpa sadar menggosok-gosokkan punggung tangannya, sebelum serangan darah tingginya datang.
Sedangkan si suami, Charles, yang setiap kali ada waktu, tenggelam dalam hobinya yang melankolis, melukis, membuat syair, berpikir, menyikat kudanya dan memacunya.
Pangeran Andrew, sukanya bersenang-senang di pondok keong menikmati suguhan tontonan pornografi. Margaret yang tragis, setiap hari menenggak sebotol gin.
Pangeran Philip dengan langkah tegap rutin setiap hari berkeliling istana dan dengan telunjuknya, memeriksa kalau-kalau masih ada debu yang melekat di ambang jendela.
Seperti rumah sakit jiwa saja. Pernah di anak tangga tergeletak seorang pelayan tanpa busana karena mabuk.
Pernah seorang pencuri berhasil masuk sampai kamar tidur ratu. Sering juga ada penjaga istana yang siang-siang tertidur sambil mengorok.
"Bagaimana kalau sampai orang luar tahu semua ini?" Pikiran ini yang selalu timbul dalam benak Diana sebelum dia tertidur sambil menangis.
Hari perkawinan tanggal 29 Juli 1981, merupakan hari keputusan.
Bagai dihipnotis, Diana berjalan menuju altar Gereja St. Paul. Bagai tak sadar, dia membiarkan dirinya menjadi Putri Wales. Tawanya kaku bagai kayu, lambaian tangannya pada rakyat seperti orang mau menari.
"Mungkin Diana tidak mengerti arti menjadi seorang putri kerajaan? Apa dia pikir putri itu tidak beda dengan gadis cover story sebuah majalah?" Begitu komentar ahli Windsor, Anthony Holden dan Kent Gavin, pengatur perkawinan putri.
Bingung, itulah yang tidak dirasakan rakyat Inggris, yang sedang terbuai dalam kegembiraan.
Sebuah negara yang dianggap selalu penuh kesalahan yang dilakukan "si Kembar", Ratu Elizabeth dan Maggie Thatcher, yang dipandang tidak berperasaan, brutal dsb.
Nah, Diana kebalikan dari semua itu. Dia cantik, seksi, menarik, molek dan populer.
Baca juga: Pangeran Charles yang Tak Bisa Sepenuhnya Mencintai Putri Diana karena Punya Sifat-sifat Ini