Find Us On Social Media :

Lebaran, Pesta Kecil yang Jadi Besar

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 14 Juni 2018 | 12:30 WIB

Ketika itu saya tinggal bertiga. Bulan-bulan Ramadan waktu itu jatuh pada musim dingin. Untuk membuat makanan hangat menjelang sahur rasanya  sangat memberatkan. Maka untuk makan sahur, hanya air minum dan nasi saja yang kami hidangkan panas-panas.

Lauknya kami ikutkan menjadi panas di dalam nasi. Satu kali, salah seorang kawan saya ada yang berbaik hati membuat sop bakso. Baksonya dibuat dari daging cincang. Betapa gelinya ketika saya bermaksud menyendok bakso itu.

Di dalam panci terdapat tiga bakso. Rupanya, untuk mudahnya kawan saya itu membagi 1 pon daging cincang menjadi tiga bagian yang sama besar, dan kemudian mengubahnya menjadi tiga butir bakso.

Jadi boleh dikata, bakso bola tenis tidak diciptakan orang Indonesia di Senayan, melainkan di Raleigh, AS, pada awal tahun-tahun enam puluhan.

Keadaan seperti itu masih tertahankan buat kami. Yang merasuk nyeri dalam kalbu ialah rasa kehilangan suasana kehangatan yang biasanya terjalin antara sesama anggota keluarga.

Baca juga: Ingin Dekorasi Rumah untuk Lebaran? Cobalah Manfaatkan 5 Tanaman Murah Meriah nan Bermanfaat Ini

Baru setelah pulang ke Indonesia, dan kemudian memimpin keluarga yang terdiri atas anak- istri, saya dapat menyadari rasa kehilangan yang melanda setiap orang Indonesia yang harus merayakan Lebaran sendirian, jauh dari tanah air.

Di Indonesia, selama sebulan penuh seisi rumah selalu berusaha berbuka puasa dan makan sahur bersama. Salat isya selalu dapat kami lakukan berjamaah, dilanjutkan salat tarawih.

Saat kami anak-beranak serta seluruh penghuni rumah lainnya saling bersalam-salaman sangat tidak ternilai maknanya. Mengantar zakat fitrah kepada yang berhak pun merupakan suatu peristiwa yang penuh hikmah, karena penyerahannya dapat dilakukan dengan ijab kabul.

Saat-saat setelah selesai  menunaikan salat Id pun merupakan peristiwa yang syahdu, karena semua anak-cucu berkumpul di rumah nenek untuk memohonkan maaf dan saling bermaaf-maafan.

Mengeratkan kekeluargaan

Kalau saya mengenang kembali masa-masa merayakan Lebaran sendirian, jauh dari sanak- saudara, barulah saya memahami hikmah yang kita peroleh sebagai bangsa Indonesia dengan merayakan Idul Fitri sebagai Lebaran yang meriah.