Find Us On Social Media :

Bonek dan Masa-masa Kehidupan Keras yang Dilaluinya Sebagai Ultras Sepakbola Indonesia Paling Ikonik

By Afif Khoirul M, Selasa, 12 Juni 2018 | 07:00 WIB

Intisari-online.com - Bonek menjadi salah satu suporter paling fanatik di Indonesia, yang berasal dari Surabaya.

Namanya menggema di seluruh penjuru Indonesia, bahkan orang awam yang tak tahu sepakbola pun dipastikan pernah mendengar nama 'Bonek'.

'Bonek' begitu nama sapaan ini adalah istilah yang mengacu pada massa pendukung Persebaya, klub yang didirikan pada tahun 1927 di Surabaya.

Rupanya nama Bonek bukan hanya sampai di telinga orang Indonesia, gaung namanya menggema dan disorot secara internasional ketika sebuah laporan jurnalis mengungkapkan kehidupan keras, dan saat-saat berbahaya yang dilalui Bonek.

Baca Juga: Surabaya Berduka Pascainsiden Ledakan Bom di 3 Gereja, Ini Pernyataan Persebaya

Melansir Shootfarken kisahnya terjadi pada 2017 silam, kala itu peluncuran kembali Liga Sepak Bola Indonesia, Go-jek Traveloka, melihat kembalinya Persebaya setelah beberapa tahun tidak bermain.

Ini adalah perjuangan pendukung yang mengampanyekannya di jalan-jalan kota pelabuhan Surabaya, dan tentu juga melalui kampanye media sosial, di mana para penggemar memperkuat serangan mereka untuk melawan PSSI.

Pengembalian Persebaya membawa kembali sejarah dan budaya sepakbola yang telah lama hilang dari Divisi II, Persebaya dianggap sebagai klub paling ikonik di negara ini, meskipun sejarahnya baru-baru ini bermasalah.

Warkop Pitulikur adalah kafe terbuka yang sederhana di sisi jalan yang sibuk dan berdebu di pusat kota Surabaya, buka 24 jam sehari, dan merupakan titik pertemuan untuk puluhan ribu penggemar Persebaya di Surabaya, menurut laporan jurnalis Andy Fuller.

Baca Juga: Masih Ingat Kakek 75 Tahun yang Nikahi Gadis Berusia 25 Tahun? Begini Kondisi Keduanya Sekarang

Dalam perjalananya ke Surabaya, Andy mengungkapkan banyak hal tentang Bonek, sejarah dan fanatisme sebagai salah satu suporter di Indonesia.

Ketika, Football fandom diperebutkan, persaingan ketat tidak hanya ada di antara pendukung tim yang berbeda, tetapi di antara pendukung tim yang sama, bahkan dengan pemilik klub sekalipun. 

Para suporter atau ultras klub sering dalam kondisi memanas dan bersitegang dengan pemilik klub mereka.