Find Us On Social Media :

Bu, Suamiku Mantan Seorang Gay, Aku Harus Bagaimana?

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 9 Juni 2018 | 16:30 WIB

Katakanlah sahabat yang juga kakak ipar itu bukan pasangan lesbi Anda dahulu, kenyataan bahwa Anda lebih banyak bersama-sama dengannya daripada dengan suami, mudah sekali menimbulkan prasangka bahwa Anda masih tetap seperti yang dulu, bukan?

Apalagi, suami sahabatAnda juga lebih banyak di laut katimbang di darat.

Baca juga: Kumpulan Foto Pernikahan Lucu dan Unik, Bisa Bikin Mood Anda Balik Lagi

Unsur pembentuk prasangka yang paling sukar kita ubah adalah penggalan informasi yang tidak benar. Dan ketidakbenaran ini bisa bersumber pada kurang lengkapnya info, kurang up to date-nya data sehingga perkembangan yang terjadi akhir-akhirini tak termonitor, atau memang si pemilik prasangka lebih percaya pada apa yang selama ini sudah ia yakini sebagai kebenaran (walau sebenarnya belum tentu benar).

Nah, sebelum kita melangkah ke jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda, yakinilah dulu bahwa dalam berkomunikasi sebagai suami-istri, prasangka-prasangka ini perlu dikikis. Baik dari Anda kepadanya maupun prasangkanya terhadap Anda.

Cara termudah, sebenarnya adalah memulai untuk membuka diri sehingga pasangan kita punya informasi yang benar, up to date (mutakhir), dan kepercayaan seseorang pasti akan meningkat pada kita bila ia merasa kenal pada kita.

Mulai percaya, lebih tepatnya. Di taraf ini tak perlu bicara tentang perasaan dululah, karena Anda pasti juga tahu bahwa ketika suami meng-iyakan pernikahan, sebenarnya dorongan utamanya bukan perasaan cinta dan saling membutuhkan, melainkan dorongan untuk berperilaku normatif, ikut saja kelaziman yang ada.

Laki-laki ya menikahnya dengan perempuan. Tetapi dugaan saya, penggal pengalaman masa lalu masih kental mewarnai kualitas hubungan Anda berdua, sehingga berharap ia punya gairah laiknya seorang laki-laki ke perempuan mungkin masih butuh waktu, ya.

Makin lama lagi jadinya kalau dari diri sendiri juga tak ada kebutuhan untuk mengalihkan orientasi seksual ini pada perempuan dan bukan pada laki-laki sejenis.

Kalau Anda tanya apakah susah mengubah orientasi sejenis, jawabannya memang YA. Tetapi, susah kan bukan berarti tidak mungkin. Agar Anda berhasil, sebenarnya kita perlu berangkat dulu dari makna perkawinan dulu.

Samakah makna ini untuk Anda dan suami? Pada hakekatnya, perkawinan adalah sebuah proses mengikatkan diri karena adanya kebutuhan untuk saling menyayangi, saling membutuhkan dan saling kerja sama mencapai tujuan bersama.

Berkali-kali saya tuliskan kata "saling" untuk mengingatkan bahwa untuk saling ini dan saling itu, butuh minimal dua orang. Sifat dasarnya adalah interaktif, ada kalanya memberi dan ada kalanya menerima.