Penulis
Intisari-Online.com -Apel pengamanan Lebaran 2018 yang berlangsung di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, Rabu (6/6) kemarin tampak istimewa.
Bagaimana tidak, apel itu dipimpin langsung oleh Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Dua pimpinan itu bisa berdiri di mimbar upacara yang sama sebagai inspektur upacara setelah UU Antiterorisme disahkan oleh DPR RI pada Jumat (25/5/2018) lalu.
Kerawanan di Lebaran 2018 terutama dalam proses arus mudik dan arus balik selain dikhawatirkan adanya gangguan kriminal juga adanya ancaman gangguan berupa terorisme.
Adanya unsur gangguan terorisme inilah membuat pasukan TNI harus diturunkan guna mem-back up tugas-tugas Polri selama Lebaran 2018.
Polri sebenarnya telah mengerahkan semua personelnya guna mengamankan Lebaran 2018 termasuk menurunkan para sniper Brimob dari tiap Polda guna mengantisipasi terjadinya tindak kejahatan dari jarak jauh.
Baca juga:Berbekal UU Antiterorisme, Kapolri Siap Seret JAD dan JI ke Pengadilan
Para sniper Brimob yang bertugas secara tersembunyi di daerah-daerah rawan ini sebenarnya berbeda dibandingkan tugas para sniper TNI.
Pasalnya para sniper Brimob tetap bertugas dengan prosedur kepolisian dan tujuannya adalah melumpuhkan penjahat dalam kondisi hidup, untuk kemudian ditangkap, dan diproses secara hukum berdasar bukti-bukti yang menyertainya.
Sedangkan para sniper TNI yang biasa bertugas dalam pertempuran bertujuan menghancurkan lawan sehingga tembakan sniper yang bermotto ‘satu peluru satu nyawa’ cenderung mematikan.
Kehadiran para sniper Polri, meskipun ketika sedang bertugas posisinya dirahasiakan, oleh setiap Kapolda juga diumumkan ke media massa.
Tujuan utamanya adalah memberikan efek shock therapy terhadap para penjahat sehingga mereka urung menjalankan niat jahatnya di saat Lebaran.
Baca juga:Terjadi Rentetan Aksi Teror Dalam Dua Hari, Polri Singgung RUU Terorisme yang Masih Terganjal
Sebaliknya kehadiran sniper TNI di setiap medan perang tidak pernah diberitakan karena tujuannya memang bersifat sangat rahasia sehingga pasukan kawan yang bertempur sampai sama sekali tidak tahu kehadiran para sniper.
Pergerakan para sniper militer juga hanya diketahui oleh komandan tertinggi karena tugas para sniper di medan perang memang spesifik dan selalu berada di bawah kontrol komando komandan tertinggi.
Para sniper Polri yang bertugas mengamankan Lebaran 2018 juga berada di bawah komando Kapolda, Kapolres, dan Komandan Lapangan yang sedang bertugas sehingga ketika harus melepaskan tembakan pelumpuhan selalu berada di bawah kontrol atasan.
Pasalnya, dalam prosedur kepolisian tembakan yang dilepaskan harus melalui tembakan peringatan terlebih dahulu.
Oleh karena itu para sniper Polri juga baru bisa melepaskan tembakan pelumpuhan di kaki terhadap penjahat dari jarak jauh, jika penjahat bersangkutan sudah diperingatkan oleh polisi lain tapi tetap tidak mau menggubris.
Tindakan sniper Polri memang berbeda dibandingkan para sniper militer yang tujuannya adalah menghancurkan sasaran tanpa melalui peringatan terlebih dahulu.
Dengan perbedaan doktrin dalam tugasnya yang seperti itu, maka sniper militer (TNI) memang tidak pernah diturunkan untuk mengamankan Lebaran, kecuali yang dihadapi adalah para teroris.