Find Us On Social Media :

Penggalangan Dana untuk Nuri Langka yang Terancam Punah Tembus Rp1,3 Miliar

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 29 November 2016 | 12:34 WIB

Burung Nuri Perut Jingga atau Orange-Bellied Parrot yang terancam punah

Intisari-Online.com - Hasil penggalangan dana untuk nuri langka yang diinisiasi oleh para ilmuwan Australian National University benar-benar di luar perkiraan. Sejauh ini, total uang yang dikumpulkan dari penggalangan dana itu menembus angka 130 ribu dolar Australia, setara dengan Rp1,3 miliar Indonesia.

Sementara target pertama hanyalah 60 ribu dolar Australia.

Dilaporkan oleh ABC Australia, yang dilansir dari Kompas.com, beberapa ilmuwan di Australia berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan burung nuri perut jingga atau orange-bellied parrot yang terancam punah. Selama beberapa tahun terakhir, burung ini sudah menyandang status terancam punah selama bertahun-tahun terakhir.

Baca juga: Profesi-profesi “Gila” dari Masa Lalu yang Sudah Punah

Dan dalam beberapa pekan terakhir, terungkap bahwa hanya sejumlah kecil spesies burung ini yang selamat dalam proses migrasi musim dingin dari Victoria, menuju Melaleuca. Melaleuca adalah sebuah area belantara di barat daya Tasmania yang berstatus Kawasan Warisan Alam Dunia.

“Hanya tiga ekor betina yang kembali dari migrasi dari daratan Australia tahun ini, dan mereka bergabung dengan 11 ekor jantan," kata Dejan Stojanovic, peneliti tamu yang terlibat dalam penggalangan dana ini. “Jadi secara efektif populasi global dari burung nuri perut jingga di alam liar saat ini hanya terdiri dari tiga pasang – ini kondisi terburuk yang pernah tercatat.”

Masih ada asa

Dengan hasil penggalangan dana yang melampaui target ini, Stojanovic dan koleganya sekarang dapat mengambil langkah yang diharapkan dapat membantu spesies ini bertahan hidup di alam liar.

“Pekan lalu untuk pertama kalinya kami melakukan tahap pertama dari upaya intervensi [penyelamatan ini], dan kami menyisir semua sarang spesies ini di kawasan terakhir di mana burung-burung ini berkembang biak,” ungkap Stojanovic. Ia dan peneliti lainnya telah memeriksa semua sarang, termasuk sarang dari tiga betina yang tersisa dan belasan betina yang dikembangkan di penangkaran yang dilepaskan ke alam liar pada 1-2 pekan yang lalu.

Dari situ, mereka mendapati empat sarang ditambah dengan empat sarang lainnya yang menunjukkan bahwa burung-burung ini sudah mulai bersarang. Pekan ini, para peneliti ini berencana kembali ke sana.

“Telur yang tidak subur akan kami singkirkan dan digantikan dengan telur yang subur dari program penangkaran, yang dijalankan oleh Departemen Industri Primer, Taman, Perairan dan Lingkungan Tasmania,” tambah Stojanovic.

Begitu telur-telur itu menetas, tahap berikutnya dari upaya intervensi ini akan bertujuan memastikan sebanyak mungkin dari anak burung yang menetas bisa bertahan hidup. “Jika kami mendeteksi ada masalah dengan kesehatan anak-anak burung itu, kami akan memberikan obat atau makanan tambahan apa pun yang diperlukan anak burung tersebut untuk bertahan hidup,” kata Stojanovic lagi.