Find Us On Social Media :

Jurus Jitu Agar Rumah Tak Bocor Lagi

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 10 November 2016 | 15:06 WIB

Ada banyak jurus jitu agar rumah tak bocor lagi

Intisari-Online.com - Tinggal di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi tiap tahunnya, membuat kita akrab dengan hujan. Beberapa masalah yang berhubungan dengan hujan, salah satunya atap bocor, menjadi hal yang sangat lumrah. Meski demikian, rasanya tidak mungkin membiarkan rumah bocor begitu saja.

Selain supaya tidak merusak perabot serta material lainnya, kebocoran mesti secepatnya ditangkal agar tidak berefek domino ke bagian rumah yang lain.

Mukti Andriyanto, arsitek di Selaras Imaji Satu, Jakarta, seperti yang dilansir oleh Tabloid Rumah, menjelaskan, bocor kondisi adanya air atau benda cair yang masuk dengan cara melewati, menembus, dan meresap pada lubang yang kecil, sedang, juga besar. Sementara pada bangunan, kebocoran dapat terjadi karena kesalahan perencanaan konstruksi, kondisi alam, pemelihan material yang kurang bagus dan sesuai.

Biasanya, kebocoran sering terjadi pada penutup atap, dinding, dan lantai. Dibutuhkan jurus jitu agar rumah tak bocor, lagi dan lagi.

Atap paling vital

Atap memegang peranan cukup penting dalam sebuah bangunan. Ia diibaratkan payung yang melindungi manusia dari matahari yang terik, serta dari hujan yang mengguyur. Dalam sudut pandang tata rumah, tambah Mukti, ia adalah pertahanan pertama untuk struktur dan pelindung bangunan dari cuaca, hujan, serta dingin.

Atap dapat memberi kenyamanan dan membatasi zona privasi bagi para penghuni atau pengguna bangunan. Atap juga menghadirkan nilai estetis atas bangunan tersebut. Namun, semakin besar fungsi atap, semakin besar pula masalah yang bakal dihadapinya. Bocor adalah salah satu ancaman yang paling nyata.

Ada beberapa jenis atap yang biasa dipakai untuk menutup rumah; polikarbonat, asbes, genteng, beton, beberapa juga ada yang memakai kaca. Menurut penjabaran Mukti, pecahnya asbes atau genteng, retaknya atap beton, bisa menjadi penyebab utama kebocoran dalam rumah. Kebocoran juga bisa disebabkan oleh kesalahan pada konstruksi atap—terutama soal kemiringan, kondisi alam, pemilihan material yang semakin diperparah dengan cara memasang yang salah.

Genteng yang dipasang asal-asalan pun bisa menjadi penyebab kebocoran. Rongga yang dihasilkan karena pemasangan yang tidak rapi dan tidak sesuai aturan memudahkan air masuk ke dalam rumah. Asbes yang miring kurang dari 10º atau tidak sesuai dengan anjuran akan menyebabkan masalah.

Kadang yang paling fatal adalah beton. Belum genap 28 hari dicor, ia sudah diberi beban yang berlebih. Praktis, ini akan membuatnya lebih cepat retak dan mudah ditembus air.

Sebab lain yang juga harus diperhatikan adalah usia material yang digunakan sebagai atap. “Jangan pernah berpikir bahwa bahan-bahan yang kita gunakan tidak mempunyai batas kadaluarsa. Seng, asbes, dan bahan atap yang lain, semakin tua dia akan semakin rapuh. Lama-kelamaan akan retak dan menyebabkan kebocoran,” ujar Julian Palapa, seorang arsitek yang tinggal di Jakarta.

Material dan sudut kemiringan

Idealnya, atap rumah dari genteng harus memiliki sudut kemiringan tak kurang dari 30º, sehingga air dapat mengalir dengan lancar. Jikapun ada toleransi, umunya adalah kurang dari 40º. Pembatasan sudut kemiringan tersebut supaya aliran air bisa dikontrol dengan baik. Jika lebih dari teloransi sudut yang disarankan, ditakutkan genteng akan lebih mudah melorot dan ujung-ujungnya akan membuka celah yang gampang dimasuki air.

Sementara untuk asbes atau seng, ada sedikit toleransi kemiringan. Sudutnya boleh dibuat lebih landai atau kurang dari 30º. Pasalnya, rongga antarbidang yang terbentuk pada seng atau asbes tidak sebesar material genting tanah liat.

Soal bagaimana kita mengakali agar bocor tidak mengganggu ketenangan rumah, Julian Palapa memberi beberapa kisi-kisi. Pemilihan atap yang tepat masih menjadi referensi utama. Bentuk atap yang pas akan sangat berperan terhadap penanggulangan kebocoran pada rumah: flat, perisai, atau pelana.

“Tapi jangan asal memilih bentuk atap sesuai keinginan, pemeliharaan material rangka dan material penutupnya juga harus diperhatikan. Pastikan ia sesuai dengan tipe atap yang kita pilih,” ujar Julian.

Misalnya memilih genteng. Genteng dari tanah liat dan keramik paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Jika dibandingkan dengan yang berbahan keramik, genteng tanah liat relatif lebih rapuh. Tapi bukan berarti genteng keramik tidak punya kelemahan.

Yang paling menonjol adalah ketidaksempurnaan bentuk (melengkung) yang terjadi akibat proses pembakaran. Ini menjadikan genteng keramik terkadang tidak menempel dengan pas saat dipasang. Celah yang tidak rapat akan dengan mudah dimanfaatkan air untuk merembes.

Cara memasangnya juga harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Biasanya, setiap produsen material mempunyai pakem sendiri-sendiri tentang cara memasang, terutama perihal kemiringan. Misal, genteng tidak disarankan dipasang dengan desain atap yang memiliki sudut kemiringan kurang dari 30º; seng atau asbes sebaiknya dipakai untuk kontruksi atap yang memiliki kemiringan hingga 10º.

“Jika memilih untuk menggunakan beton, harus ada treatment lagi dengan material pelapis seperti waterproof, dll.,” saran Julian.

Harga material juga bukan patokan utama. “Di sini orang lebih banyak salah. Memang, atap dengan kualitas bagus akan lebih beres dan baik jika digunakan. Tapi kita sering terlena dan ‘termakan merek’ seolah-olah merek adalah yang paling utama. Sejatinya, semua tergantung bagaimana cara kita mengaplikasikannya di lapangan. Bagi saya, jauh lebih penting fokus pada tahap aplikasi daripada kualitas materialnya,” ujar arsitek lulusan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, ini, mantap.

Bisa juga dengan waterproofing

Ada kalanya bocor tidak hanya terjadi pada atap. Ingat, bocor tak melulu dari atap! Tembok rumah, bahkan lantai, bisa menjadi biang keladi terjadinya kebocoran dalam rumah. Untuk mensiasatinya, pelapis antibocor dirasa cukup pas untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Berdasar bahan bakunya, ada tiga jenis pelapis antibocor yang bisa dipilih yakni, waterproof cair, semen (cementitous), dan membran. Jenis cair merupakan yang paling populer dan paling praktis cara pemakaiannya. Ia seperti cat, tinggal diusapkan menggunakan kuas ke atas bidang yang ingin dilapisi. Sifatnya yang elastis akan mudah mengikuti beberapa bagian bangunan yang memuai dan menyusut seiring waktu, sehingga bagian yang memulai tadi tetap tertutup.

Tapi harus diperhatikan, waterproof cair hanya bisa digunakan untuk melapisi daerah yang hanya dilalui air. Daerah-daerah yang terus-menerus terendam air—misalnya kolam renang dan bak mandi—kurang cocok menggunakan bahan jenis ini. Jika terus dipaksakan, daya rekatnya akan menurun dan lama-kelamaan mengelupas.

Jika ingin memakainya di area sambungan yang sangat rawan bocor, dianjurkan untuk menggunakan serat fiber sebagai penguat aplikasi waterproof. Caranya, lapiskan waterproof di atas sambungan tersebut. Dalam kondisi yang masih basah, rekatkan serat fiber sampai kering, setelah itu baru beri lapisan waterproof untuk kali kedua.

Untuk bidang-bidang yang sering terendam air seperi bak mandi, sebaiknya dipilih waterproof yang berbahan semen. Pemakaian saat kontruksi akan membuat hasilnya lebih maksimal meskipun menggunakan setelah kontruksi juga diperbolehkan.