Find Us On Social Media :

Lima Gua yang Terhubung oleh Satu Sungai

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 1 November 2016 | 15:06 WIB

Menyusuri gua dan sungai menjadi pilihan wisata alternatif.

Intisari-Online.com – Jika Yogyakarta sudah terasa biasa saja dan tidak menantang, mengapa tidak mencoba menelusuri perut buminya? Wisata penelusuran gua di Kalisuci, menawarkan pengalaman berkesan dan tak terlupakan.

--

Apa mau dikata, Yogyakarta sudah telanjur dikenal orang sebagai kawaan wisata budaya. Para pelancong, dari lokal maupun mancanegara, yang  berkunjung ke daerah ini umumnya akan menyambangi objek-objek wisata "wajib" seperti Kraton, Candi Prambanan, atau Candi Borobudur. Setelah lelah, malam harinya atau di hari-hari akhir kunjungan, rnereka biasanya akan menghabiskan waktu di seputar Jalan Malioboro. Memang sudah begitu suratannya.

Padahal, kalau saja para turis mau sedikit mencari alternatif, Yogyakarta menyimpan beberapa kekayaan daya tarik wisata yang berbasis pada keunikan dari bentukan alamnya. Istilah kerennya geodiversity. Salah satunya seperti di Kompleks Perguaan Karst Kalisuci. Janganlah Anda merasa sendirian kalau belum pernah mendengar tentang tempat itu.

Kompleks itu tepatnya berada di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Kalau mau dihitung, jaraknya sekitar 52 km arah timur Yogyakarta. Rute yang lumayan jauh, tapi jangan khawatir karena jalannya sudah beraspal bagus.

Menyusur dengan ban

Kompleks ini sebenarnya merupakan bagian dari kawasan Karst Gunungsewu yang telah terkenal akan fenomena keindahan bentang alam, baik di bawah maupun atas permukaan. Kawasan ini sendiri tersusun oleh batu kapur yang terbentuk karena proses endogen (dari dalam bumi) dan eksogen (dari luar bumi) yang unik. Karena nilai strategis dan keunikannya itu, tahun 1993 secara aklamasi para ahli perguaan mengusulkan kompleks ini ke UNESCO untuk dijadikan warisan alam dunia (the world natural heritage).

Kalisuci memiliki setidaknya lima buah gua atau luweng, seperti Gua Suci, Gua Gelatikan, Gua Buriomah, Gua Jomblang dan Gua Grubug. Menariknya, gua-gua itu terhubungkan oleh saluran air atau sungai bawah tanah sepanjang sekitar 3 km. Jelas fenomena ini sungguh langka dan sulit ditemukan di tempat lain, hingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan minat khusus yakni penelusuran gua.

Jenis wisata yang sangat spesifik ini pun mendapat sambutan luar biasa. Bukan hanya turis dari sekitar Yogyakarta atau Jawa Tengah. Namun ada pula dari Jawa Timur, Jakarta, bahkan dari mancanegara. Buktinya, dengan tiket masuk sebesar Rp 25.000, pada libur Idul Fitri tahun 2009, sekitar seribu orang datang ke sana.

Cavetubing merupakan penawaran paling menarik di Kalisuci. Di sini pengunjung melakukan penyusuran gua menggunakan ban dalam berukuran besar yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Dengan memakai helm dan pelampung berbentuk rompi, pengunjung menelusuri gua menggunakan ban tersebut. Kabarnya wisata jenis ini merupakan yang ketiga, selain di Selandia Baru dan Meksiko.

Rute perjalanannya meliputi Gua Suci, Gua Gelatikan, dan Gua Buriomah, dengan jarak sekitar 1,5 km. Lamanya penyusuran tergantung berapa lama kita ingin menikmati keeksotikan perut bumi, karena di dalam gua-gua tersebut banyak keunikan yang bisa dilihat, dinikmati dan dipelajari, seperti bentukan ornamen-ornamen gua (speleotem), serta beraneka fauna dan flora langka gua.

Di sisi lain, menghanyutkan diri menggunakan ban dan peralatan berstandar khusus untuk susur gua sudah barang tentu akan menambah ketenangan dan asyikan tersendiri. Jangan heran jika kita bisa menghabiskan waktu satu hingga tiga jam. It's a tremendous view and you'll amaze those, begitu menurut saya.

Soal keamanan jangan khawatir. Cavetubing dijamin aman karena dipandu oleh pemandu yang berpengalaman dari para peminat penyelusuran gua serta masyarakat setempat yang telah terlatih. Selain itu sebagai perlengkapan standar, setiap orang wajib memakai helm pengaman penyusuran gua standar berikut lampunya {head lamp), rompi penyelamat, dan jaminan asuransi.