Find Us On Social Media :

Melihat Perjuangan Murid SD Menyebrangi Jembatan dari Dua Bilah Bambu Demi Pergi Sekolah di Sulawesi

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 18 Oktober 2016 | 15:03 WIB

Menyebrangi jembatan dari dua bilah bambu demi pergi sekolah

Intisari-Online.com - Tak hanya memutus akses yang menghubungkan Ibu Kota Kabupaten Mamasa dan sejumlah desa di sekitarnya, hujan deras di Sulawesi Barat juga membuat beberapa siswa SD di wilayah itu kesulitan pergi ke sekolah. Mereka harus mencari alternatif lain untuk bisa tetap belajar, termasuk siswa SD di Desa Buntu Buda dan Mambuliling.

Para murid SD menyebrangi jembatan dari dua bilah bambu demi pergi ke sekolah. Jembatan ala kadarnya itu menghubungkan kedua sisi jalan yang ambles. Potongan-potongan bambu disambung hingga membentuk jembatan darurat dan ditancapkan di lereng bukit.

Anggota DPD RI dari Dapil Sulbar, Muhammad Asri Anas, di Facebook-nya juga menyoroti persoalan ini. Ia meminta Bupati Mamasa segera bertindak cepat menyelesaikan persoalan ini. “Negara ini seperti belum merdeka saja, seolah tanpa pemimpin. Ini sangat memprihatinkan,” ujarnya.

Akibat longsor, jaringan pipa PDAM yang melintas di puncak Gunung Buntu terputus dan dua unit rumah yang ada di sekitar tebing jalan nyaris tertimpa longsor, sementara satu rumah lainnya kini terancam ambruk lantaran lantai tanah tempat rumah ini berdiri kian habis tergerus ke jurang.

Meski demikian, warga juga khawatir tebing lainnya terancam longsor dan menimpa warga dan pengguna jalan yang melintas di lokasi.

Sekumpulan siswa SDN 008 Buntu Ada, misalnya, tetap berjalan meniti jembatan darurat itu meski dengan kaki gemetaran. Tak sedikit siswa yang tidak berani dan memilih batal ke sekolah karena takut terjatuh ke dalam jurang dan tertimpa longsor dari gunung di sebelahnya.

Hengki, salah satu siswa yang bersekolah di SDN 008 Buntu Buda, mengaku nekat melintas di atas bentangan bambu di bibir jurang demi bersekolah.  Hengki mengaku setiap hari stres dan waswas saat bergangkat maupun pulang sekolah lantaran harus melintasi jembatan bambu yang membutuhkan nyali besar.

“Saya berharap jalan ini segera diperbaiki agar siswa tidak ketakutan melintas lagi,” kata Hengki.

Yuliana, salah seorang warga yang berdomisili di tempat itu, mengaku waswas tinggal di rumahnya saat ini karena tebing jalan di kedua sisi rumahnya setiap saat terancam longsor susulan.

Yuli mengaku setiap malam terpaksa mengungsi ke rumah sanak keluarga bersama suami dan anak-anaknya karena khawatir rumahnya ambles ke dalam jurang dan tertimpa longsoran gunung di sebelahnya. “Kalau malam kami pergi mengungsi ke rumah kerabat kami karena takut jangan sampai longsor lagi,” kata Yuliana.

Ibu rumah tangga ini hanya bisa berharap pemerintah bisa segera turun tangan membenahi kerusakan jalan yang sudah bertahun-tahun mengancam keselamatan warga dan pengguna jalan di lokasi ini.

Sejumlah orangtua siswa juga mengeluh dan khawatir anak-anak mereka akan jadi korban bencana lantaran kondisi jalan di lokasi ini tak kunjung dibenahi pemerintah, sementara jalan ini menjadi satu-satunya akses jalan desa yang bisa dilalui warga.