Find Us On Social Media :

Ada Apa di Balik Padepokan Dimas Kanjeng yang Mentereng Itu?

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 6 Oktober 2016 | 14:00 WIB

Ada Apa di Balik Padepokan Dimas Kanjeng yang Mentereng Itu?

Intisari-Online.com - Tak ada yang meragukan menterengnya padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Akses menuju ke sana juga bagus. Jalannya lebar dan beraspal. Perlu diketahui, banyak cerita menarik yang bisa kita lihat di balik padepokan Dimas Kanjeng yang mentereng itu.

Sebelumnya, kita perlu rute untuk sampai ke sana. Dari Jalur Pantura, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, jarak tempuh menuju padepokan sekitar 13 km atau setengah jam. Ke padepokan bisa lewat Kecamatan Besuk ataupun Kecamatan Maron. Namun harus memutar dan jarak tempuhnya lebih jauh.

Para tamu atau santri yang hendak ke padepokan kebanyakan melalui jalur dari arah Kraksaan ke selatan, tepatnya pertigaan depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Probolinggo, ke selatan.

Lewat Pasar Semampir menuju Kecamatan Krejengan, setelah 10 kilometer, pengunjung akan tiba di Pasar Wangkal, Kecamatan Gading. Setelah Pasar Wangkal, gapura dengan tulisan Padepokan Dimas Kanjeng segera menyambut. Memasuki kompleks padepokan, pengunjung langsung disuguhkan pemandangan ukiran di mana-mana, baik mulai dari gapura hingga ke dinding-dinding, serta lapangan parkir yang luas di sisi timur.

 

Di area padepokan, terdapat asrama putra dua lantai. Ada tempat menerima tamu di sebuah kantor di asrama putra. Di sebelah barat asrama putra, terdapat pendopo Rahmatan Lil Alamin. Di belakang asrama putra dan pendopo terdapat rumah penduduk warga sekitar.

Di timur pendopo, rumah utama Dimas Kanjeng, pengasuh Padepokan yang kini disorot secara nasional karena dugaan kasus pembunuhan dan penipuan, berdiri. Rumah utama Dimas Kanjeng berjejer dengan rumah warga. Namun akses menuju rumahnya dihalangi pagar besi.

Sementara itu, di sebelah barat rumah Dimas terdapat jalan desa yang menghubungkan Desa Wangkal dengan Desa Gading Wetan. Lalu di sebelah selatan jalan desa itu terdapat masjid, kantor yayasan, asrama santri, dan halaman parkir luas beralas paving.

 

Acara pengajian, istighosah, peringatan hari besar keagamaan kerap digelar di situ karena daya tampung halaman parkir cukup untuk memuat sekitar 10 ribu orang. Jika tak ada acara, mobil-mobil yang digunakan Dimas Kanjeng berada di situ di garasi dengan atap besi dan alumunium. Sebelum Dimas Kanjeng ditangkap, mobil-mobil yang terparkir di lapangan itu mulai dari Alphard, Pajero, Fortuner, CRV, Mercedez Benz, hingga Nav1.

Namun pada hari Jumat (23/9), sehari setelah Dimas Kanjeng ditangkap, mobil yang terparkir hanya mobil biasa saja, seperti Agya, sedan Honda, dan Fortuner hitam. Di belakang rumah Dimas Kanjeng, terdapat lapangan yang luas pula. Sekitar dua hektar luasnya. Pagar tembok lapangan juga dihiasi ukiran khas gapura lengkap dengan lampu.

Kini, padepokan ini berdiri di atas lahan seluas lima hektar.

Sekarang lebih megah

Padepokan Dimas Kanjeng kini berubah menjadi jauh lebih megah dibandingkan tahun 2009. Saat itu, akses menuju padepokan buruk. Jalan dari Pasar Wangkal menuju padepokan harus melalui jalan rusak dan sempit yang di samping kanan dan kirinya berupa semak belukar.