Find Us On Social Media :

Ajaib, Giyoto Selamat Dari Awan Panas Merapi (Bag. 1)

By Tjahjo Widyasmoro , Kamis, 6 Februari 2014 | 06:00 WIB

Ajaib, Giyoto Selamat Dari Awan Panas Merapi (Bag. 1)

Saat itulah Giyoto merasa harus segera menyelamatkan diri. Tanpa meminta izin dari kantor pusatnya, ia langsung berlari ke luar pos. Sebisanya berlari menuruni bukit dengan langkah yang kencang sekencang-kencangnya. Padahal jalanan yang dilaluinya  bukanlah jalanan mulus, melainkan hanya jalan setapak yang ditumbuhi tanaman dan rumput liar. Tidak peduli walau harus terjatuh berkali-kali di tengah langit yang sudah gelap sama sekali.

“Saat itu saya hanya mendengar bunyi ‘krosak, krosak, krosak’, yang tahunya bunyi pohon-pohon yang hangus. Di mana-mana terlihat batu-batu panas berterbangan. Rasa panas dan gerah juga terasa. Malah sepertinya ada batu-batu yang jatuh hanya satu meter di belakang saya,” kenang pria bertubuh sedikit gemuk ini dengan mata menegang.  

Dalam keadaan terdesak oleh bahaya, konon kita bisa mengeluarkan tenaga ekstra yang tidak terkira besarnya. Mungkin anggapan itu benar, tapi setidaknya Giyoto telah membuktikannya. Walau dengan usah payah dan napas yang tersengal-sengal, akhirnya ia sampai di salah satu bukit yang dirasakannya cukup aman.  

Kebetulan di tempat itu pula, ia bertemu Panut, rekannya sesama pengamat yang datang ditemani seorang wartawan dari Yogyakarta. Panut yang mengetahui amukan Merapi pagi itu rupanya sengaja bergegas menuju ke pos untuk mengetahui keadaan rekannya. Mengetahui kedatangan rekannya, Giyoto langsung terduduk lemas. Napasnya tersengal-sengal, dengan perasaan yang tidak karuan.

Panut menyadarkan temannya agar tenang, karena ancaman bahaya sudah tidak sampai di tempat mereka. Baru di situlah Giyoto menyadari bahwa dirinya telah benar-benar aman dan selamat. Berkali-kali mulutnya mengucapkan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Setelah napasnya mulai teratur, ia semakin bersyukur karena tubuhnya pun sama sekali tidak luka. Paling hanya lecet-lecet karena terjatuh dan menerjang tanaman sewaktu berlari. (bersambung ke bagian 2)