Find Us On Social Media :

Ajaib, Giyoto Selamat Dari Awan Panas Merapi (bag 2)

By Tjahjo Widyasmoro , Kamis, 6 Februari 2014 | 06:30 WIB

Ajaib, Giyoto Selamat Dari Awan Panas Merapi (bag 2)

Keputusan Giyoto untuk berlari sangatlah tepat, karena terlambat beberapa detik saja, maka ia mungkin akan terbakar hangus sendirian di dalam pos. Apalagi di pos tidak tersedia bunker seperti lazimnya pos-pos pengamatan zaman sekarang. Ia sebenarnya bisa saja menyelamatkan diri di dengan berendam di dalam bak air ukuran besar yang ada, “Tapi dalam keadaan panik, malah tidak sempat terpikir,” tutur petugas yang mulai bekerja sejak 1982 ini.

Ada satu hal yang membuat Giyoto sedih. Di antara korban di Turgo, ternyata ada satu orang temannya, bernama Sarmin. Saat Merapi mulai meletus dan langit mulai gelap, ia berusaha mememperingatkan penduduk Turgo, tapi tidak ada alat komunikasi ke dusun itu. Satu-satunya orang yang bisa dikontaknya melalui handy talkie adalah Sarmin, yang sesungguhnya sudah berada di tempat kerjanya di kawasan wisata Kaliurang.

Mendengar peringatan Giyoto, Sarmin bergegas pulang ke Turgo untuk menyelamatkan tetangga dan keluarganya. Malang nasibnya, saat dalam perjalanan, awan panas keburu menghantamnya di jalan. “Jenazahnya sampai sekarang tidak ditemukan,” ujar Giyoto yang setiap hari bertemu temannya itu saat melintas Kaliurang.    

Selepas peristiwa itu, Giyoto sempat diminta Sukiar, Kepala PGM, untuk beristirahat. “Sudah jangan mikir Merapi dulu,” pesan atasannya saat itu. Tapi justru di rumah ia merasa tidak betah dan kepingin bekerja saja. Karena itu, tiga hari kemudian, ia masuk kerja seperti biasa. Memang, sewaktu pertama kali bertugas, sempat beberapa saat Giyoto seperti orang linglung. Seperti sedang merasakan suatu beban, tapi tidak tahu apa.

Belakangan, Pos Pengamatan Merapi di  Plawangan ditutup karena dipandang berbahaya. Sebagai penggantinya, PGM membangun sebuah pos baru di Kaliurang. Giyoto pun masih tetap bertugas di sana hingga kemudian dipindahkan ke pos Ngepos di Kecamatan Srumbung Magelang pada 1997.